HARUN HILWA

Daud Farma
Chapter #2

Di Jembatan Pante Dona

Harun telah berada di saf paling depan, sementara abang sepupunya masih di berdiri di depan masjid. Dia telah berwudhu, namun ia masih bergetar. Berat ia menginjakkan kakinya masuk ke masjid, ingin ia mulai dengan kaki kanan tapi kaki kanannya enggan. ⁣⁣

⁣Sampai iqamat dikumandangkan ia masih berdiri di depan masjid Agung.⁣⁣

⁣"Allahu Akbar." suara takbir pertama sang imam. Perlahan mengalir air matanya di pipi paruh bayanya. Setelah menyeka air mata ia rogoh kantong kemeja kokonya, ia genggam kunci motornya dengan tangan bergetar, lalu ia pun ke parkiran.⁣⁣⁣ Menghidupkan motor lekas meninggalkan masjid Agung At-Taqwa. Sampai di rumah ia masuk ke dalam kamar, ia menangis tersedu-sedu. Istrinya makin heran melihat perubahan sikap ganjil suaminya hari ini.⁣⁣

⁣⁣

Selesai salat jama'ah, seperti biasa Harun duduk di teras masjid dan matanya melihat ke parkir. Tiba-tiba alangkah terkejutnya ia suara merdu yang ia dengar kemarin sore itu mendayu lagi di telinga, suara itu dari belakangnya mengucapkan salam padanya. Ia ingat suara indah itu.⁣⁣

⁣⁣"Wa'alaikumsalam warahmatullahi ta'ala wabarakatuh, Ukhti..."⁣⁣ sahutnya lengkap, ramah, sopan, santun, dan jantung berdetak tak menentu.⁣⁣

⁣Dilihatnya ke belakang, makin tak menentu detak jantungnya ketika menatap wajah cantik itu, indah sekali! Pipi cubby itu sedikit merah karena kena terik mentari, namun malah membuat bidadari cantik itu makin tampak ayu.⁣⁣

⁣⁣"Maaf ganggu, Bang. Ini aku kasih tiket makan gratis. Boleh digunakan hari ini boleh juga besok. Ini sebagai ucapan terima kasihku atas bantuan busi motor kemarin itu." kata Hilwa Humaira mengulurkan kartu rumah makan ayahnya itu. Bergetar tangan Harun menerima kartu itu. ⁣⁣

⁣"Ya udah, Bang. Aku pamit dulu. Assalamualaikum."⁣⁣

⁣"Wa'alaikumsalam warahmatullahi ta'ala wabarkatuh, Ukhti."

⁣⁣Hilwa pun melangkah pergi. Harun benar-benar bergetar dan berdebar, malu, bahagia dan haru. Hilwa menghidupkan motor, ketika motornya hendak jalan, Harun sedikit lari tapi segera ia berhenti, tidak berani mendekat.⁣⁣

"Ukhti," panggilnya. Hilwa segera menoleh.⁣⁣

⁣"Nama, Ukhti siapa?"⁣⁣

"Ada di tangan, Abang." jawabnya sedikit keras agar terdengar oleh Harun lalu ia pun berlalu.⁣⁣

⁣⁣Seratus kilometer perjam kecepatan Harun mengalihkan pandangannya ke kartu yang ada di tangannya itu, di sana tertulis nama bidadari yang sering jama'ah asar dan magrib di masjid Agung At-Taqwa itu, namanya begitu elok: Rumah Makan Hilwa. Tulisan itu warna pink pada kata Hilwa. Pada kalimat rumah makan tertulis dengan warna biru.⁣⁣

⁣Harun ingin segera pergi dari masjid, tapi langkahnya sedikit rapuh. Harun merasa ada gempa di halaman masjid itu. Tapi akhirnya ia masuk ke dalam dan melakukan sujud syukur atas kejadian hari ini. Sering ia melihat gadis-gadis cantik di Kuta Cane pergi ke masjid Agung, namun kebanyakan mereka hanya menghabiskan waktu sore di halaman masjid. Berswafoto, belum ada ia temukan yang datang untuk shalat jama'ah apalagi serajin Hilwa.⁣⁣

⁣ Banyak sekali dilihatnya cantik, tetapi tak seindah dan secantik Hilwa, terlebih suara Hilwa telah menyetrum dirinya. Harun keluar dari masjid dan balik ke Bengkel. Tapi kali ini sengaja ia mutar ke kanan dulu lalu belok ke kiri agar bisa melewati rumah makan itu. Bahkan lima bulan lalu ia makan di sana bersama abang sepupunya itu. Namun tidak ia menemukan ada bidadari di rumah makan Hilwa. Memang ia melihat dua perempuan, tapi tidak membuat hatinya berdesir. Kedua perempuan itu pun tidak mirip dengan Hilwa. ⁣⁣

⁣⁣Sampai di bengkel ia tersenyum-senyum. Makin semangat ia melayani pelanggannya. Kali ini mobil kap warna hitam yang datang dan berhenti di bengkelnya.⁣⁣

⁣"Mau ganti ban, Run."⁣⁣

⁣"Baik, Pak." sahutnya senyum. Makin ramah ia pada pelanggannya. Perempuan salehah bernama Hilwa itu perlahan mengubah pola hidupnya bahkan ia tidak menyadarinya.⁣⁣

⁣ Embun-embun cinta semakin menetes menyirami hatinya. Setelah ia ganti ban mobil, ia pergi beli kemeja di toko baju yang tidak begitu jauh dari bengkelnya. Tidak sampai tiga menit ke toko baju itu. Harun ingin membeli kemeja hitam sebab ia melihat hari ini tadi Hilwa memakai jilbab hitam. Hilwa tidak lagi menutupi wajahnya dengan apa pun, karena itulah pipinya memerah karena terik matahari Aceh Tenggara. ⁣⁣

⁣⁣"Kau jaga dulu bengkel bentar ya, Fik. Aku mau pergi bentar, urusan penting. Nanti kalau bang Ilham datang dan tanya bilang aja aku ada perlu sesuatu, ya?"⁣⁣

⁣"Oke gampang itu. Tapi belikan nanti eskrim ya, Run?"⁣⁣

⁣"Ah beres." ⁣⁣

⁣⁣Sampai di toko baju, ia menguncikan motor besarnya itu. Segera tukang parkir menutupi motor GL Pro warna merahnya dengan kardus. ⁣⁣

⁣"Eh datang kau, Run?"⁣⁣

⁣"Ya mau beli baju aku, Kak."⁣⁣

⁣"Beli kemeja lagi?" ⁣⁣

⁣"Iya kak. Carikan dulu kemeja warna hitam untukku kak, Fel."⁣⁣

⁣"Ah gampang itu, Run. Masih banyak stok kemeja untukmu, Run. Ha ini kau cobalah." Segera ia coba kemeja di toko baju kak Feli itu. ⁣⁣

⁣"Wih, pas kali kulihat sama kau, Run. Widih gantengnya!"⁣⁣

⁣"Yang betul lah kak, Fel, ni?⁣⁣

⁣"Sungguh, Run. Sungguh! Kau tengok dulu cermin itu ha!" Harun merasa cocok dan suka.⁣⁣

⁣"Baju koko warna putih ada kak, Fel?"⁣⁣

⁣"Untukmu apa sih yang nggak ada, Run." ⁣⁣

⁣⁣Dicobanya baju koko warna putih itu. Harun berdiri depan cermin dan menyisir rambutnya dengan jari-jarinya.⁣⁣

⁣"Cocok, Run. Cocok." ⁣⁣

⁣"Berapa ni kak, Fel?"⁣⁣

⁣"Murah, Run. Dua belas aja."⁣⁣

⁣"Nggak bisa kurang kak Fel?"⁣⁣

⁣"Bisa. Karena kau beli dua jadi sebelas lah, Run, sebelas."

⁣"Kalau kemeja ni berapa kak, Fel?"⁣⁣

⁣"Kemeja sembilan puluh ribu, Run. Jadi totalnya dua ratus ribu pas, Run."⁣⁣

⁣⁣"Baik kak, Fel. Tapi catat utang dulu ya kak, Fel. Belum gajian aku. Nanti awal bulan aku bayar."⁣⁣

⁣"Alamak, kek gitu kali lah bos kedua bengkel besar ni. Kakak mau belanja ke Medan minggu ni, Run."⁣⁣

⁣"Ya sudah. Besok aku bayar kak, Fel. Tadi cuma bawa lima puluh ribu hari ini."⁣⁣

⁣"Nah gitu dong, Run. Hehe. Tapi jangan pula gara-gara ini kau nggak mau belanja lagi kemari ya, Run."⁣⁣

⁣"Ya kak, Fel. Aku pamit dulu, Assalamu'alaikum."⁣⁣

⁣"Waalaikumsalam, Run."⁣⁣

⁣Keluar dari toko ia mengeluarkan dua ribu untuk parkir. Dia pun pulang ke bengkel dan melewati rumah makan bidadari itu, sengaja ia mengurangi kecepatan motornya ketika di depan rumah makan Hilwa. Tidak jauh dari rumah makan itu ada yang jualan eskrim. Harun ingat janjinya pada Taufik. Dia membeli tiga eskrim untuk jaga-jaga kalau bang Ilham sudah datang ke bengkel.⁣⁣

⁣Tiba di bengkel tidak ada ditemuinya bang Ilham. Hanya ada Taufik. Satu motor sedang ditambal ban depannya oleh Taufik. Biasanya kalau sore begini mereka sampai kuwalahan karena banyaknya pengemudi yang singgah untuk perbaikan kendaraan mereka. ⁣⁣

Lihat selengkapnya