Zainal dan Riki mengambil rak buku dari tukang ketam di desa Khutung Mbelang. Rak itu kalau diberdirikan tingginya satu setengah meter, panjang ke samping satu meter pas. Jumlah rak ada lima tingkat. Riki membawa motor dan Zainal memegangi rak buku itu dengan diletakkan di tengah.
Tiba di Salim Pinim mereka menurunkan rak itu dan segera memasangkannya di kamar Harun. Mereka memaku di ujung kiri-kanan rak dengan paku beton. Setelah benar-benar kokoh, mereka memfokan rak baru itu lalu kemudian mengirimkannya pada Harun.
Kak Feli menelepon travel untuk menjemputnya nanti jam sembilan malam ini untuk bertolak ke Kuta Cane.
Setelah magrib itu ia kumpulkan semua balanjaannya di ruang tamu rumah Chika. Sudah lebih tiga kali dirayu Chika agar menginap saja satu malam lagi karena masih rindu dengan sahabat masa kuliahnya yang sekarang jadi pedagang pakaian itu. Namun Feli tidak bisa karena besok ia harus membuka tokonya lagi. Baginya libur tanpa alasan penting dan mendesak membuang-buang rezeki.
"Sesekali kau lah yang datang ke Kuta Cane, Chika. Nanti manggang ayam kita di Pante Dona."
"Okelah, Fel. Tapi aku nggak mau di Pante Dona, maunya di Ketambe aja. Boleh ya?"
"Kalau Ketambe kejauhan, Chika. Tapi kalau kau maksa yaudah ngapapa. Untukmu apa sih yang nggak ya kan?"
"Baik. Nanti kapan aku longgar aku datang ke Kuta Cane, Fel."
"Ditunggu ya, Chika. Pokoknya harus datang."
"InsyaAllah, Fel."
***
Bakda magrib Harun menghadap ke pak imam. Setelah membaca ta'awudz, basmalah,
dan alfatihah, Harun menutup kedua matanya dan membacanya juz tiga dan juz empat. Tidak satu ayat pun ia salah. Lancar! Pak imam sangat kagum pada Harun. Belum pernah ada orang selancar dia menyetor hafalan Al-Qur'an padanya.
Setelah menyetor hafalan ia salam cium tangan gurunya. Lalu Harun pamit pada gurunya itu, ia ingin kembali ke rumah bang Ilham. Sampai di sana ia mandi dan mengganti pakaiannya. Memanaskan air untuk ia bawa ke masjid guna minum kopi nantinya.
Sebelum pergi ke masjid, sembari menunggu waktu isya, ia pun mengaktifkan data hp-nya yang sejak kemarin ia nonaktifkan. Di sana ada pesan masuk dari Zainal dan Riki. Harun sangat senang sekali mendapati rak bukunya telah jadi. Akhirnya ia menelepon kak, Feli,
"Kak, gimana buku-bukuku?"