HARUN HILWA

Daud Farma
Chapter #9

Diundang Bidadari

Siang harinya Harun sudah boleh balik ke rumah oleh dokter Khairul. Namun dokter menyarankan agar Harun tetap lanjut istirahat di rumah selama empat hari lagi untuk pemulihan badannya agar benar-benar fit.⁣

 Harun dirawat ibunya di desa Salim Pinim saja. Karena ibunya tidak ingin merepotkan kakaknya Siti. Di hari ke tujuh Harun di rumah, datang surat undangan pernikahan. Di sana tertulis Hilwa dan Fathan. Hambur air matanya membaca surat undangan itu. Padahal cintanya pada Hilwa teramat besar. Bahkan ia belum percaya pada isi tulisan surat itu. Di sana ada satu lembar kertas yang ditulis dengan tulisan tangan,⁣

"Assalamualaikum...⁣ Teruntuk bang Harun yang baik.⁣ Abang apa kabar? Kuharap abang telah sembuh dari sakit abang. Kuharap abang telah pulih. Dalam minggu ini senior Hilwa sewaktu aliyah dulu datang melamar Hilwa dan lusa kami melangsungkan pernikahan. Kuharap abang bisa datang ya bang? Kenapa abang aku undang? Sebab aku merasa abang udah seperti abang angkatku. Abang orang baik yang pernah aku kenal, terlebih gara-gara busi motor tempo hari itu.⁣

Aku pun tahu sebenarnya abang suka dan cinta sama aku. Tapi kayaknya tidak mungkin bang, ayah Hilwa tidak setuju. Terlebih ayah Hilwa berteman akrab dengan acik Ilham. Hilwa tidak mau merusak persahabatan mereka gara-gara harus menuruti rasa cinta Hilwa pada bang Harun yang telah tumbuh sedikit dalam hati Hilwa.⁣

Ya mau gimana lagi, bang. Nggak mungkin juga kita kawin lari. Kenapa? Setidaknya ada beberapa alasan: pertama: abang hafal al-Qur'an dua puluh juz, apa nanti cakap orang? Masak penghafal al-Qur'an kawin lari? Kedua: kita ni hidup di Kuta Cane, nggak lah terus luas kali pun Kuta Cane ni bang, kalau abang larikan pun Hilwa ke Salim Pinim sana, cepat sekali kelaurga Hilwa menemukan kita. Terus ketiga yang perlu abang ketahui adalah: karena aku nggak mau nikah tanpa wali. Abang tahu? Sebagaimana diriwayatkan dari Abi Musa al-'Asy'ari Radiyallahu anhu bahwasannya dia berkata: Rasullallah Shallallhu 'alaihi wasallam bersabda: Tidak sah nikah kecuali ada wali.⁣

Kemudian diriwayatkan dari Aisyah Radiyallahu 'anha bahwasannya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: Siapa saja perempuan yang menikah tanpa izin walinya, maka nikahnya batal, maka nikahnya batal, maka nikahnya batal. Sampai tiga kali loh bang diulangi Nabi dalam hadist tersebut. ⁣

Kalau abang nggak percaya, silakan abang periksa sendiri di sunannya Abu Daud kitab nikah bab wali. Atau kalau abang nggak punya kitabnya, abang boleh tanya ke imam masjid Agung. Sekali lagi, Hilwa nggak mau kawin lari, bang. Hilwa tetap nurut sama orang tua Hilwa, bang. Orang tua adalah segalanya. Ridha Allah ada pada ridha mereka. Sekali lagi, maafkan Hilwa ya bang. Hilwa harap abang melupakan Hilwa. Cukup sekian dan terima kasih bang Harun: orang baik yang pernah aku kenal."⁣

Hambur air mata Harun mengalir membasahi pipi dan membasahi selembar kertas di tangannya. Terlalu cepat orang yang sedang ia cintai lebih dari apa pun di bumi ini akan dinikahi orang lain.⁣

 Harun benar-benar tidak akan bisa melupakan Hilwa. Bagaimana mungkin ia bisa melupakannya? Sementara ia telah hijrah total karena Hilwa. Baginya melupakan bukanlah kehendak manusia. Akan tetapi ia adalah murni konspirasi atara alam dan waktu. ⁣

Malam hari Harun membaca semua buku yang pernah ia beli titip lewat kak Feli. Harun membaca buku sampai pagi. Pada pukul delapan pagi ia selesai membaca dua buku. Masing-masing buku itu tebalnya tiga ratus halaman lebih. Subuh tiba ia berhenti membaca buku untuk salat subuh. Baginya membaca buku adalah cara terbaik menenangkan pikiran. Dan Harun pun mulai menuliskan pengalamannya mulai dari awal ia bertemu dengan bidadari masjid Agung itu. ⁣

Harun bercerita bagaimana ia bisa menghafal al-Quran dengan sangat cepat dalam tulisannya bahkan ia juga membagi tips and tricks menghafal Al-Quran dengan cepat dan tidak mudah lupa sepertinya. ⁣

Harun menuliskan semuanya. Menuliskan apa yang pernah ia rasakan oleh dirinya dan hatinya, yang pernah ia dengar, dan ia lihat selama mencintai Hilwa. Baginya menulis adalah cara terbaik merawat hati dan pikiran agar selalu positif. Menulis adalah terapi jiwa. Siang harinya barulah ia tidur. Sampai waktu asar.⁣

Bakda asar ia mengulang hafalannya sampai magrib tiba dari juz satu sampai juz sepuluh. Setelah magrib ia mengulang hafalan juz sebelas sampai juz dua puluh. Bahkan ia ingin menghafal juz dua puluh satu sampai juz tiga puluh dalam tiga hari, namun ia belum izin dan belum dapat perintah dari gurunya. Ingin ia menelepon namun ia lupa meminta nomor HP gurunya itu. Akhirnya malam setelah isya ia habiskan untuk membaca buku sampai subuh. Ia khatamkan tiga judul buku. Salah satu buku yang ia baca ialah Laa Tahzan karangan Dr. Aid Al-Qarni versi terjemahan itu.⁣

Pukul tujuh tiga puluh ia siap-siap mandi dan berkemas. Setelah sarapan ia keluarkan motor GL Pro miliknya itu yang sudah sepuluh hari tidak ia sentuh. Setelah membaca al-Fatihah, shalawat, do'a keluar rumah dan do'a naik kendaraan, ia pun menuju ke desa Perapat Hilir untuk menghadiri pernikahan Hilwa. Di dalam surat undangan itu tertulis pukul sembilan pagi tepat. ⁣

Lihat selengkapnya