"Mbak, kamu lagi haid, kan?" Nur, yang sedang sibuk memblender bumbu, mematikan mesin blendernya sejenak dan menggelendot manja di bahu Wina.
Perempuan berumur 30-an itu mengedikkan bahunya, kemudian memutar bola mata.
"Iya iya, sana tinggal aja, gak apa-apa," jawab Wina sambil terkekeh.
"Ah, baik banget deh, Mbak Wina ini! Makasih ya, Mbak." Nur berlalu kegirangan sambil memanyunkan bibirnya, memberi kecupan pada Wina.
Aku yang melihat aksi tidak biasa Nur, heran sendiri. Rupanya perempuan itu bisa bersikap centil juga.
"Mau jamaah ke masjid ya dia, Win?"
Kekepoanku terjawab oleh kekepoan sesama rekan staf dapur. Kegiatan mengaduk nasi di dalam panci, kupelankan.
"Iya. Mulai pagi ini kan, Mas Adam yang ngisi kuliah subuh. Kayanya tiap hari anak itu bakal jamaah di masjid tiap subuh." Wina menjawab sekenanya, tapi aku sudah bisa menyimpulkan maksud jawaban Wina.
"Ngimpi itu si Nur! Kalau dia ngerasa bisa dekatin Mas Adam dan jadi mantunya Pak Kyai, kamu harus cepat-cepat bangunin dia, Win."
"Bangunin? Maksudmu?" Wina mengernyit.
"Ya dibangunin supaya gak mimpi terus-terusan."
Lalu dapur ramai oleh tawa para staf, dan acara gibah pun semakin menggebu-gebu. Aku yang takzim mendengarkan, mau tidak mau jadi tahu juga informasi tidak penting yang mereka obrolkan.
"Mas Adam itu ya, sudah ganteng, solih, pinter, anak Pak Kyai, ya perempuan mana yang gak klepek-klepek? Kita-kita yang sudah punya suami saja gak bisa mungkir. Yo tho, Win?" Semua terkikik geli mendengar omongan blak-blakan Mbak Wati, staf paling tua di sini yang semula sedang sibuk merajang cabai.
"Tapi ya, seharusnya si Nur ini sadar diri dong, dia bagai pungguk merindukan matahari. Mas Adam pasti sudah punya calon sendiri." Yang lain menimpali.
Mbak Wati menyahut lagi dengan semangat 45. "Ho'oh benar, mungkin calonnya orang Mesir, wong kuliahnya saja di Mesir. Lagi pula, kriteria buat jadi calon istri Mas Adam pasti berat. Pak Kyai gak mungkin ngasih anak semata wayangnya buat sembarang orang. Pasti Mas Adam sudah dijodohkan dengan puteri Kyai juga. Itu sudah jadi budaya."
Mendengar penjelasan itu, semua manggut-manggut sok mengerti. Ada juga yang kemudian mengasihani Nur karena harus mengubur dalam-dalam harapannya yang baru bersemi.
"Si Nur itu, sudah geger terus dari sebulan lalu. Katanya Mas Adam mau pulang, Mas Adam mau pulang. Dia sampai-sampai beli paketan Ms Glow biar glowing katanya." Wina belum mau berhenti membicarakan Nur, sehingga acara bergosip ini makin heboh.
Aku yang mencoba tidak terlibat, ternyata tidak bisa menahan senyum juga melihat ekspresi Wina yang lucu.
"Kalau kamu gimana, Na? Kamu naksir juga gak, sama Mas Adam?" Pandangan Mbak Wati tiba-tiba beralih padaku bersama dengan pertanyaan sengitnya.