HASANA (Jalan Hijrah sang Gadis Mafia)

Ayu Fitri Septina
Chapter #40

40 - Pengasingan

Keadaan tentu tidak berubah lebih baik setelah peristiwa pengakuan siang itu. Di asrama nyaris tak ada lagi yang mengajakku bicara. Para staf dapur bahkan tidak merasa perlu sungkan terang-terangan menghindariku. Aku seolah makhluk gaib yang tidak terlihat oleh mereka. Tidak ada yang menganggapku ada. Bahkan, sikap Bu Nyai pun berubah. Dia tidak lagi suka mengajakku ngobrol dan lebih sering menghindariku sejak pertemuan itu.

Keadaan ini sudah berlangsung selama beberapa minggu, sehingga membuatku merasa makin tidak nyaman. Selain Bang Hasan--mungkin juga Adam--sepertinya semua orang menganggapku sampah dan penjahat. Pesantren bukan lagi tempat yang damai bagiku karena sikap orang-orang yang ada di dalamnya.

Belum lagi masalah terasingkan ini selesai, aku juga terus menerus dihantui mimpi-mimpi buruk. Seringnya, bayangan orang-orang yang telah kueksekusi hadir dalam tidurku. Yang paling mengusik di antara itu semua tentu saja adalah mimpi tentang Bapak dan Ibu. Lorong-lorong cahaya yang terlalap api itu lebih sering menghantuiku sekarang, hanya saja kini di sana tak cuma ada Bapak, tapi juga Ibu. Semua masalah yang kupikul ini seringkali membuat kepalaku terasa berdenyut-denyut.

Aku tidak pernah mengerti kenapa setelah taubat itu, Allah bahkan masih terus menghukumku begini. Perasaan damai yang dulu sempat kurasakan hanya membekas selama beberapa hari saja. Setelah itu, semuanya kembali terasa hampa. Hatiku kosong, sekosong hidupku yang tak lagi punya sandaran. Apakah ini pertanda taubatku tidak diterima? Apakah ini pertanda Allah belum mengampuniku sepenuhnya? Mengapa?

"Cobalah untuk bermuhasabah lagi, Na." Itulah perkataan Bang Hasan saat aku mencurahkan keluh kesah tersebut. Berkat pembelaannya padaku, kini Bang Hasan juga dijauhi oleh staf pengurus yang lain.

"Muhasabah bagaimana, Bang?" tanyaku tak mengerti.

Bang Hasan menyeruput teh hangatnya setelah mengucap basmallah. Kami sedang ngobrol di kantornya. "Coba kamu ingat-ingat lagi niatmu saat bertaubat. Apakah kamu benar-benar bertaubat karena Allah? Untuk Allah? Atau ada hal lain? Lagi pula, taubat harus terus menerus diperbarui, Na."

Lihat selengkapnya