HASANA (Jalan Hijrah sang Gadis Mafia)

Ayu Fitri Septina
Chapter #45

45 - Kejutan

"Hasana, tunggu! Aku tidak akan membiarkanmu pergi seorang diri. Apa kamu lupa kalau Hasan adalah bagian dari pesantren ini, ha!" Suara lantang Adam menghentikan langkahku di gerbang pesantren. Beberapa santri yang ada di sana memandang kami dengan tatapan bingung. "Aku tidak mungkin cuma berdiam diri saja di sini!" tegasnya.

Aku menghela napas berat dan menyusut air mata. Saking paniknya, aku lupa memberitahu apa yang seharusnya Adam lakukan. Sekarang aku berterima kasih karena dia sudah mengejarku.

"Tentu kamu tidak akan berdiam diri, Mas. Lapor polisi sekarang, suruh mereka bawa penjinak bom kemari. Lacak semua sudut pesantren, asrama santri, semuanya!"

Kedua mata Adam menyipit hingga alis tebalnya bertaut. "Bom?" Dia bergumam, yang segera kujawab dengan anggukan. "Untuk jaga-jaga, Mas. Jangan lengah."

Lalu, aku melanjutkan instruksi. "Suruh staf administrasi mengecek daftar santri baru yang masuk setelah aku datang kemari. Periksa siapa pun dari mereka yang terlihat mencurigakan. Dugaanku, Master Don punya mata-mata di sini. Itu yang harus kamu lakukan sekarang, Mas. Amankan pesantren ini. Aku akan berusaha menyelamatkan Bang Hasan. Cuma aku yang bisa melakukannya."

Adam masih terpaku di tempatnya. Seharusnya aku meminta maaf padanya atas risiko besar yang ditanggung pesantren karena ulahku ini. Namun, lidahku seperti tak bisa berucap apa-apa lagi, berganti dengan langkah kaki yang mendesakku untuk pergi secepat mungkin.

"Hasana, tunggu!"

Sialan! Aku merutuk. Apa Adam tidak mengerti betapa seriusnya situasi ini? Kenapa dia terus-terusan menjeda langkahku? Aku terpaksa menoleh lagi.

Putera Pak Kyai yang kini berjarak sekitar dua meter di belakangku itu melepasku dengan tatapan nanar. Mulutnya lalu membuka, mengucapkan kalimat perpisahan yang ajaibnya kembali membuatku tegar. "Laa khaula wa laa quwwata illa billah ..."

Aku mengangguk padanya diiringi sebulir air yang lolos dari mataku, menitik dan membentuk bulatan lebar di jilbab merah muda yang kukenakan.

Selamat tinggal, Adam ...

*

Alamat yang kutulis di kertas ini mengantarkanku ke sebuah kompleks perumahan elit. Benar prasangkaku, jaraknya tak terlalu jauh dari pesantren. Dengan naik angkutan umum, hanya butuh waktu sekitar empat puluh menit untuk sampai di sini.

Lihat selengkapnya