Hasrat Abu

Tiara Khapsari Puspa Negara
Chapter #6

Hasrat Temu

"Apa aku boleh duduk di sini lagi?" Dhani bertanya pada sosok gadis yang lagi-lagi dilihatnya sedang bersedekap pada lututnya. Dugaannya masih terbukti benar, gadis itu masih betah berdiam diri sendirian di bangku yang sama pada malam-malam yang dia tak tahu tentang apa, mencari apa. Dia belum mengetahuinya.

Hari kelima. Dia menghitungnya dalam hati.

"Iya." Sosok itu menjawab dengan pelan setelah Dhani mendengar helaan napas beratnya. Dia tidak bergerak sekalipun, walaupun hanya sebuah lirikan seperti pada malam sebelumnya. Sosok itu sudah genap menyatu dengan dekapan pada lututnya.

"Terima kasih," jawab Dhani seraya memandang nanar ke depan setelah memposisikan dirinya duduk di sebelah gadis itu.

"Banyak nyamuk ya di sini?" Basa-basi pertamanya. Dhani menggeleng pelan ketika dia sadar itu adalah pertanyaan yang konyol.

Hening. Sosok ini, gadis ini, dia tidak menjawab.

"Oh iya, maaf kalau kurang sopan, sepertinya kehadiran ku kemarin membuatmu tidak nyaman sehingga kau berlalu begitu saja tanpa menoleh."

Hening. Dia masih tidak menjawab apalagi membuat pergerakan pada tubuh mungilnya kecuali ritme jantung dan nafasnya seperti sebelumnya. Seperti sejak awal dia tiba di taman ini.

Dhani menatap sosok gadis yang masih tidak bergerak itu. Dia berusaha mencari kata untuk diucapkannya lagi.

"Dan sepertinya kehadiranku hari ini juga membuatmu tidak nyaman lagi. Sudah aku katakan kemarin, tidak baik seorang perempuan di luar malam-malam sendirian seperti ini."

Anin masih tidak merespon ucapan orang itu. Dia sadar tidak mau membuat pergerakan apapun ataupun membalas ucapannya. Dia juga tidak mau pergi begitu saja seperti kemarin. Ini bangkunya, karena dia yang pertama kali duduk di sana. Dia masih membutuhkannya di malam-malam penuh abunya.

"Aku lebih setuju kau pergi begitu saja seperti kemarin dengan memotong perkataanku daripada aku membiarkan seorang perempuan sendirian di luar pada malam hari. Apalagi hingga larut."

Anin sudah memutuskannya sejak tadi dan tidak perlu mendengarkan perkataan orang yang asing baginya. Dia tidak akan pergi hingga ia puas duduk di bangku itu. Hingga larut.

Dia mempererat dekapan pada lututnya dan rasanya orang itu melihat pergerakannya.

"Tenang saja, aku bukan hantu."

Dugaannya benar, orang itu melihat pergerakan kecilnya yang artinya dia sedang memperhatikannya.

Haruskah ia kembali sekarang? Tidak! Ini kursinya dan dia membutuhkannya.

Lihat selengkapnya