Hasrat Abu

Tiara Khapsari Puspa Negara
Chapter #17

Surat : Hasrat Yang Dipahat Pada Lembar Surat

Assalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Aku tak pernah menyangka kau berucap dengan tulis, kau mau menerimaku dan aku bersyukur akan hal itu. Hasratmu tak lagi Abu. Aku pun tak pernah menyangka segalanya begitu rumit dalam kisahmu. Yang kau tulis dalam surat itu, yang dibacakan orang tuamu, ternyata hanya baru segelintir.

Ketika aku membaca catatan itu, aku bisa tahu rasa ketakutanmu. Terlebih belakangan ini aku telah membaca segalanya. Jadi aku mengerti, ketakutanmu, kebingunganmu, hajatmu dan hasratmu.

Semua karena kepercayaan dalam dirimu telah mati dan kau membiarkan jasadnya membusuk di dalam. Bertahun-tahun tinggal bersamanya dengan menghirup baunya. Tak bisa kubayangkan bagaimana kekecamannya. Jadi, ketakutan dalam dirimu wajar.

Kau tahu kisah Heer dan Ranjha, Mirza dan Sahebaan kan? Kalau kau mau aku bisa menceritakannya padamu sebanyak yang kau mau, kapan saja. Aku akan berperan sebagai contoh orang yang tak akan seperti itu. Atau mau mendengar aku menceritakan kisah Rabiā€™ah Al-Adawiyyah? Boleh. Apa saja boleh kecuali kisah Tuan Putri itu, aku tak tahu apapun. Maaf.

Kalau tidak bisa dengan cara seperti itu aku akan pastikan cara lain agar jasad itu mau kau buang dan menghidupkan yang baru. Akan aku pikirkan segala cara. Aku janji. Aku juga janji tidak akan membunuh kepercayaan itu.

Lihat selengkapnya