“Akhirnya, penantian kamu selama ini enggak sia-sia, Fal. Kakak seneng lihat kamu bahagia. Kakak doain, sakinah ma waddah wa rahmah, ya.”
Melalui pantulan cermin di hadapan, Falisha melihat senyum semringah dari wajah Thalita, anak Bude Mirna yang sudah menganggapnya seperti adik kandung sendiri.
“Aamiin, terima kasih, ya, Kak. Berkat doa Kak Lita juga, jadi doa Fal terkabul.” Falisha tidak bisa menyembunyikan rasa bahagianya karena menikah dengan laki-laki yang selama ini dia kagumi.
“Kalian ini kok masih di sini. Itu keluarga Nak Arka udah pada dateng.” Suara Mirna membuat Falisha dan Thalita sama-sama menoleh. “Nak Arka juga udah nunggu kamu di depan penghulu, Fal. Masa iya, kamu masih di sini?” Wanita itu melanjutkan sembari melangkah tergopoh-gopoh mendekati Falisha yang sudah siap dengan kebaya pengantin yang dikenakan.
“Fal masih gugup katanya, Ma. Malu, mau ketemu calon suami,” bisik Thalita setengah menggoda, membuat pipi Falisha yang merah merona, semakin merah seperti kepiting rebus.
“Kamu ini godain adikmu aja, Lita. Nanti bukannya rasa seneng yang mendominasi, eee ... malah gugup yang menguasai,” tegur Mirna dengan lirikan yang mengundang tawa Thalita.
Sejak keluarga Arkatama datang melamar, Falisha memang tidak bisa menyembunyikan rasa gugupnya. Bagaimana tidak? Arka adalah sosok lelaki tampan, mirip Oppa Korea yang kulit putihnya tidak kalah dengan Falisha. Lagi pula, Falisha sudah lama mengagumi Arka dan menginginkan untuk dekat dengannya.
“Berarti Fal harus turun sekarang, ya, Bude? Apa Fal udah cantik? Gimana kalau nanti Mas Arka enggak suka sama penampilan Fal, Bude?” Falisha yang sudah tampil cantik, masih kurang percaya diri saat kembali melihat pantulan dirinya di cermin.
Mirna menggeleng-geleng pelan. Wanita itu keheranan karena sikap insecure Falisha yang entah kapan bisa hilang. Padahal bisa dikatakan, anak satu-satunya mendiang Laras dan Aji itu sungguh cantik luar dalam. Siapa pun yang memilikinya, tentu harus bangga karena tidak banyak perempuan berparas cantik, memiliki kepribadian yang baik seperti Falisha.
“Ya turun sekarang dong, Falisha. Masa iya, tahun depan? Memangnya siapa yang mau jadi mempelai Nak Arka kalau bukan kamu? Masa iya, Bude yang duduk di samping Nak Arka gantiin kamu? Bisa-bisa Pakde kamu langsung ngamuk, acaranya bubar. Kamu gimana, sih, Fal?” omel Mirna yang semakin mengundang tawa Thalita.
“Aduh, aduh. Gini banget ya, punya Mama yang agak lain.” Thalita masih cekikikan.
“Agak lain, agak lain. Enak aja Mama dibilang agak lain. Meskipun agak lain begini, ini mamamu yang udah besarin kamu, Lita.” Mirna menggerutu, tetapi terlihat lucu. Wanita itu selalu menyayangi anak-anaknya, bagaimana bisa betul-betul mengomel?