Hasrat Liar Adik Ipar

MoreShinee
Chapter #3

Perhatian Adik Ipar

“Kopinya, Mas.” Falisha mendekati Arka yang duduk di teras dan meletakkan secangkir kopi di meja, tepat di hadapan suaminya.

Arka tidak menyahut, hanya melipat koran di tangan dan meraih kopi yang disajikan istrinya. Sebentar kemudian, Arka menyemburkan kopi yang baru saja diseruput.

“Kenapa, Mas?” tanya Falisha heran saat melihat Arka yang ternyata tidak berkenan dengan kopi buatannya.

“Kamu bikin apa, sih? Kamu sengaja ngerjain?”

Falisha ternganga. Dia sungguh tidak mengerti dengan maksud perkataan suaminya. “Ngerjain gimana, maksud Mas? Fal cuma bikin kopi buat temenin Mas Arka baca koran sebelum sarapan,” dalihnya.

“Terus ini apa?” Arka melempar tatapan dingin sambil jarinya menunjuk ke arah kopi yang sudah dia letakkan kembali di meja.

Falisha tidak tahu harus bagaimana membela diri. Penasaran, Falisha segera meraih cangkir berisi kopi dan menyeruputnya. Perempuan itu terbatuk dan berlari menuju kamar mandi terdekat. Dia baru tahu kesalahan apa yang sudah diperbuat sampai membuat Arkatama menjadi murka. Falisha pun kembali menghampiri suaminya.

“Maaf, Mas. Tadi Fal betul-betul enggak tahu kenapa kopinya jadi asin. Padahal Fal udah pastiin kalau buatnya pakai gula,” aku Falisha dengan sangat menyesal. “Fal buatin yang baru ya, Mas?”

“Enggak, enggak. Enggak perlu.”

Selain kesal perihal kopi, Arka juga kesal karena kemejanya harus turut menjadi korban, padahal dirinya tinggal mengenakan jas dan siap menuju kantor usai sarapan. Lelaki itu pun bergegas menjauh dari Falisha.

Falisha terdiam sesaat, merasa sangat bersalah. Namun, sekeras apa pun dia mengingat kekeliruan yang sudah diperbuat, dia tetap tidak merasa telah salah memasukkan garam ke dalam kopi yang dibuatnya.

Sebisa mungkin, Falisha menyembunyikan raut sedih dan membawa cangkir kembali ke dapur, tanpa sadar sedang ada yang tengah memperhatikan.

“Silakan, Pak, kopinya.” 

Falisha mendengar kalimat singkat itu saat melewati meja makan. Ucapan Nia, asisten rumah tangga di kediaman Wilis yang kembali membuatkan kopi untuk suaminya. Padahal, dia sempat menawarkan untuk membuatkan kopi yang baru dan Arka menolak saat itu juga.

Hati perempuan mana yang tidak kecewa melihat laki-laki pujaan hatinya menolak tawaran untuk dilayani, sementara dia menerima pelayanan dari seorang asisten rumah tangga yang usianya sama dengan Falisha.

Usai mencuci cangkir di wastafel dekat meja makan, Falisha menuju dapur, membantu Nia menyiapkan sarapan meski tanpa diminta. Sebisa mungkin, dia menutup rasa sakit hatinya untuk disimpan seorang diri. 

“Udah siap, Mbak? Biar saya yang bawa ke meja makan,” ujar Falisha yang lantas mengambil alih pekerjaan Nia.

“Oh, silakan, Bu. Kalau gitu saya bisa beresin dapur.” Nia membalas senyum Falisha. “Terima kasih,” lanjutnya sebelum menjauh dari majikan barunya.

Falisha menghela napas panjang, kemudian membawa semua makanan yang sudah siap dan menaruhnya di meja makan. Begitu selesai, Falisha hendak mencuci tangan di wastafel. Namun, dia harus sabar menunggu Arsya yang tiba lebih dulu, selesai mencuci tangan hingga tiba gilirannya.

“Are you okay?”

Bisikan Arsya membuat Falisha mendongak, memastikan bahwa laki-laki yang usianya lebih muda lima tahun darinya itu sedang mengajak berbicara. 

“Kalau ada masalah, boleh cerita. Aku bisa jadi pendengar yang baik buat Kakak.”

Lihat selengkapnya