“Bu, maaf. Tadi teh Bapak telepon, katanya minta diambilin dokumen, ada yang ketinggalan di meja ruang kerjanya. Saya diminta buat cariin dan kirim pakai kurir.” Atik mendekati Falisha, masih dengan koyo menempel di pelipis kanan dan kirinya.
“Tapi, Bi, apa aman kalau dikirim pakai kurir?” Falisha menghentikan aktivitas sejenak, kemudian memperhatikan Atik yang terlihat sedikit pucat.
“Nah, itu, Bu. Saya juga khawatir. Biasanya kan ada orang dari kantor yang ambilin misal ada yang ketinggalan,” terang Atik.
Falisha baru menulis satu bab cerita untuk novel yang sedang dia publikasikan dalam bahasa Inggris. Namun, dia tidak bisa membiarkan dokumen Arka diantar kurir ke kantor, khawatir jika dokumen itu penting dan tidak aman dalam perjalanan.
“Kalau gitu biar saya aja yang anterin ke kantor, Bi. Bibi bisa kembali istirahat.”
“Syukurlah kalau gitu. Saya jadi lega, Bu. Makasih banyak ya, Bu, udah mau bantu.”
Falisha mengulas senyum. “Saya yang harusnya berterima kasih sama Bibi karena udah kasih tahu.”
Atik mengangguk-angguk. “Iya, Bu, sama-sama. Karena udah ada Bu Falisha, kalau saya tiba-tiba masuk ruang kerja Bapak kan enggak etis meski Bapak yang minta. Oh ya, alamat kantornya, kalau Bu Falisha belum tahu, nanti bisa lihat di meja kerja Bapak, biasanya ada kartu nama Bapak di situ.”
“Nanti saya cari ya, Bi.” Falisha mengangguk-angguk.
Usai menyampaikan keluh kesahnya, Atik pun segera menjauh dari Falisha, sedangkan Falisha sendiri lekas membereskan barang-barang miliknya yang dibawa ke gazebo sejak beberapa jam yang lalu.
Sejak memasuki kediaman keluarga Arkatama, Falisha lebih banyak menghabiskan waktu di gazebo begitu suaminya berangkat ke kantor. Di sana, Falisha mengerjakan tugasnya sebagai penulis online, dan juga mengedit beberapa desain gambar pesanan customer.
Alih-alih terikat dengan sebuah perusahaan atau semacamnya, Falisha justru lebih asyik menjalani hobby-nya sebagai penulis yang memang bisa dikerjakan sewaktu-waktu tanpa harus mengikuti sebuah aturan perusahaan yang sudah pasti lebih mengikat. Terlebih, Falisha adalah seorang introvert yang merasa sulit untuk menghambur, sehingga bekerja secara individu lebih dia sukai.
Waktu menunjukkan pukul 11.00 WIB, sehingga muncul ide dalam benak Falisha, hendak membeli sesuatu untuk makan siang suaminya. Namun, Falisha belum banyak tahu tentang makanan apa yang disukai Arka untuk makan siang.
Me:
Arsya, maaf ganggu sebentar. Kakak mau tanya. Biasanya kalau siang, Mas Arka sukanya makan apa? Ada dokumen Mas Arka yang ketinggalan di rumah dan Kakak mau anter ke kantor, rencananya sekalian beliin makan siang buat Mas Arka. Tolong kasih tahu Kakak, ya, Arsya. Makasih.
Siapa lagi yang bisa diharapkan Falisha selain Arsya? Lagi pula untuk saat ini, Falisha merasa, hanya Arsya yang bisa membantunya dalam hal ini. Dia tidak mungkin mengganggu Atik yang mungkin sudah kembali ke kamarnya untuk istirahat lantaran belum sembuh dari sakitnya, sementara Nia belum kembali ke kediaman Arkatama.