Hasrat Liar Adik Ipar

MoreShinee
Chapter #12

Bab 12

“Jangan berani-berani sentuh Falisha!”

Arsya dengan sigap menangkap pergelangan tangan seorang perempuan yang hendak menampar Falisha. Dengan terpaksa dia harus memasuki toilet khusus perempuan, karena saat Falisha melenggang menuju ke sana, dia tidak sengaja melihat Nabila mengikuti Falisha.

Rasa khawatir terhadap Falisha pun membawa langkah Arsya menyusul Falisha ke toilet perempuan. Beruntung, tidak ada siapa pun di sana, sehingga Arsya tidak menjadi bulan-bulanan kaum hawa.

Nabila, perempuan yang sempat disebut-sebut Arkatama beberapa hari lalu, tersenyum miring. “Siapa tadi? Falisha?”

Arsya merengkuh bahu Falisha ke dalam rangkulan. “Jangan pernah ganggu dia, atau kamu akan berurusan sama aku!”

“Wah, wah, wah ... segitunya kamu cinta sama dia, Arsya? Kamu bukan cuma nolak aku, tapi sikap kamu ....” Nabila sengaja menggantung kalimat. Perempuan itu melipat kedua tangan di depan dada.

“Aku emang cinta sama dia dan enggak ada yang bisa ganti posisi Falisha di hati aku!”

Mendengar kalimat yang dilontarkan Arsya, seketika Falisha mendongak dan memperhatikan laki-laki di sampingnya tersebut. “Arsya?” gumamnya tidak percaya.

Falisha melihat Arsya yang menatap tajam ke arah perempuan di hadapan mereka. Entah kenapa, cengkeraman jemari Arsya di bahu tidak membuat Falisha risi, tetapi dia justru merasa terlindungi akan kehadiran Arsya yang dengan sigap menangkap pergelangan Nabila yang hendak menamparnya.

“Kamu enggak apa-apa, kan, Sayang?”

Falisha masih tertegun. Terlebih ketika Arsya mengatakan itu sembari menoleh dan menatap matanya begitu dalam. Dia lantas menggeleng samar.

“Kita ke toilet yang lain aja, ya. Aku akan jagain kamu. Yuk!” Arsya menepuk-nepuk bahu Falisha, kemudian membawanya melenggang dari toilet di mana Nabila masih berada di dalamnya.

“Arsya, maaf ....” Merasa canggung, Falisha perlahan melepaskan diri dari rangkulan Arsya.

“Aku yang harusnya minta maaf sama Kakak. Hampir aja Nabila ....” Arsya menggantung kalimat, menghela napas panjang. “Mungkin dia enggak terima karena aku tolak.”

“Tapi, Arsya, tadi itu harusnya Arsya bilang yang sebenernya.”

“Aku cuma enggak mau Kakak diganggu lagi sama Nabila. Dia suka keterlaluan orangnya.” Arsya beralasan. “Tapi beneran, kan, Kakak enggak diapa-apain sama dia?”

Falisha menggeleng samar tanpa mengatakan sepatah kata. Dia tidak tahu harus mengatakan apa lagi. Dia pun berpikir, mungkin seharusnya berterima kasih kepada Arsya. Itu lebih baik, karena jika Arsya tidak datang tepat waktu, bisa jadi Nabila sudah bertindak seenaknya terhadap Falisha.

Lagi-lagi Falisha sedikit terkejut ketika Arsya mendadak berhenti melangkah dan meraih jemarinya ke dalam genggaman. Falisha menjadi semakin bingung. Rasanya sungguh senyaman itu berada di sisi Arsya, diperlakukan seperti seorang ratu yang harus dijunjung tinggi keselamatan dan kebahagiaannya.

“Kakak marah?”

“Enggak, Arsya. Kakak justru harus berterima kasih sama Arsya karena udah datang tepat waktu tadi.” Falisha menyunggingkan seulas senyum.

“Cantik.”

Lihat selengkapnya