"Bilang apa kamu ke Sabrina?"
Falisha merasa dirinya tengah berada dalam persidangan. Arkatama duduk tepat di hadapan dengan sorot tajam yang betul-betul tidak pantas dilayangkan kepada seorang istri, apalagi hal itu terjadi karena membela sang kekasih yang sudah seharusnya ditinggalkan mengingat dirinya sudah menikah dengan Falisha.
"Aku enggak habis pikir. Sejak kapan kamu berani ngelunjak terima telepon tanpa persetujuan? Masalahnya, itu handphone aku dan seharusnya kamu tahu kalau handphone itu privacy."
Lagi, Arka menuntut Falisha supaya tidak melakukan hal-hal yang tidak dia sukai.
"Mas, maaf. Tapi gimana bisa Mas Arka bicara begitu ke Fal? Fal istri Mas Arka. Seharusnya Fal boleh dengan bebas sentuh handphone Mas Arka, karena sebagai istri, Fal harus mengingatkan Sabrina juga supaya enggak ganggu Mas Arka lagi, kan?"
“Apa? Apa kamu bilang? Mengingatkan Sabrina?” Arka semakin mendelik. “Tahu apa kamu soal Sabrina?”
“’Maaf, Mas. Tapi Falisha istri Mas Arka. Sabrina—“
“Berhenti sebut nama Sabrina!” potong Arka yang dengan jelas menunjukkan ekspresi marahnya hingga membuat Falisha tersentak.
Sejak hari pertama menikah dengan lelaki itu, Falisha sudah terbiasa dengan sikap dingin Arka. Namun, baru kali ini suaminya tersebut terlihat begitu marah karena Falisha dengan asal menerima panggilan Sabrina dan mengingatkannya supaya menjauh dari sang suami.
Bulir hangat luruh tanpa diminta. Falisha yang tadinya yakin akan bisa meluluhkan hati Arka, mendadak syok karena perlakuan lelaki itu justru sebaliknya.
Arka buru-buru bangkit dan menyambar outer yang tadi dia letakkan pada sandaran kursi. “Makan di luar kalau laper, tidur duluan dan enggak usah nungguin aku pulang!” katanya setelah meletakkan uang kertas sejumlah satu juta dolar di meja yang terbungkus dalam amplop cokelat, beserta kartu kredit unlimited yang bisa digunakan Falisha.
“Mas Arka mau ke mana? Jangan tinggalin Fal di apartemen sendirian, Mas. Fal—“
“Kamu bukan anak kecil lagi, Falisha! Lagi pula karena ulah kamu juga, aku jadi repot harus meyakinkan Sabrina kalau di antara kita, enggak pernah terjadi apa-apa sebelumnya!” potong Arka sedikit menyentak, kemudian berlalu begitu saja, meninggalkan Falisha seorang diri di apartemen.
Falisha tergugu. Beberapa hari sebelum keberangkatan ke Negeri Singa, saat dilihatnya Mama mertua, Salma, tiba-tiba sudah di rumah dan merencanakan bulan madu untuknya dan juga Arka, dia terlalu berharap jika bulan madu adalah saat yang tepat untuk mengambil hati Arka. Sayangnya, Falisha salah mengambil langkah sehingga memicu kemarahan laki-laki yang dijodohkan dengannya tersebut.