“Cerita apa kamu ke Arsya?”
Hari masih pagi, tetapi Falisha sudah harus melihat raut Arka yang serupa kardus dilipat. Mau heran, tetapi memang kenyataannya, laki-laki itu sering kali bersikap dingin terhadap Falisha.
Falisha tentu ternganga. Dia tidak tahu apa maksud pertanyaan yang dilontarkan Arka. Namun, seketika perempuan itu teringat, semalam Arsya mengirimi sebuah pesan yang ketika Falisha tengah memikirkan balasan yang tepat, dia sudah lebih dulu ketiduran.
“Maksud Mas Arka apa?”
“Enggak usah pura-pura enggak tahu. Kamu, kan, yang ngadu ke Arsya kalau Sabrina di sini?” tuduh Arka.
Pandangan Falisha pun mengedar ke sekeliling. Dalam hatinya bertanya-tanya, di mana Sabrina? Belum bangunkah? Karena jika perempuan itu masih di sana, sudah pasti dia akan menempel di dekat Arka tanpa peduli laki-laki itu sudah menjadi milik orang lain. Akan tetapi, yang dilihatnya hanya Arka seorang diri tengah duduk di salah satu kursi meja makan, menyesap kopi yang tersaji di hadapan.
Kapan membuatnya pun, Falisha tidak tahu, karena dia dengan sengaja keluar kamar sedikit terlambat. Falisha ingin menghindari momen di mana Sabrina membuatnya panas, tetapi ternyata, dia sudah tidak melihat perempuan itu pagi ini.
"Tapi Fal enggak ngadu apa-apa ke Arsya, Mas." Falisha tetap mengelak, karena dia memang sama sekali tidak melakukan itu.
"Halah! Enggak usah pura-pura! Aku tahu di balik muka polos kamu itu, udah jelas kalau kamu ada niat enggak baik nikah sama aku!" Perkataan Arka sedikit menyentak.
Falisha mengelus dada yang terasa nyeri. Dia tidak menyangka, kekaguman saat pertama memasuki apartemen mewah di hadapannya, berujung menjadi duka nestapa karena perlakuan Arka bukan membaik, tetapi semakin menjadi.
Perempuan itu buru-buru mendekati Arka, kemudian duduk di samping sang suami dan meraih lengannya ke dalam genggaman.
"Mas, demi Tuhan Fal enggak pernah ada niat buruk ke Mas Arka atau keluarga. Fal terima perjodohan ini karena memang Fal cinta sama Mas Arka, enggak lebih. Fal enggak menginginkan apa-apa. Cuma Mas Arka," aku Falisha dengan air mata yang mulai mengalir menganak sungai.