Hata-Hata Ni Dodo

Linggarjati Bratawati
Chapter #6

Chapter 6



“Saat itu aku baru kembali dari les, tidak sengaja melihatmu, jadi itu memang kebetulan,” Damar dengan keras kepala membela dirinya sendiri, setelah kutuduh ia sebagai penguntit.

Aku memutuskan mempercayainya, karena tidak luka yang terlalu serius, dokter mengizinkanku untuk pulang. Rumah Akarin menjadi ramai karena kehadiran Obi, Aru, dan Damar.

“Dan kenapa kalian masih disini?” tanyaku heran, ketika melihat mereka bisa dengan santai bermain kartu di rumah orang lain.

Obi melempar kartu, begitu gilirannya tiba, “Tidak masalah kan? Lagipula Akarin juga mengizinkan kami disini,”

“Kebetulan hari ini sedang libur, tidak banyak kegiatan yang bisa dilakukan,” timpal Aru.

Damar berpindah posisi, lalu duduk disebelahku. Aku mengernyitkan dahi heran.

“Minggu kamu luang?” tanya Damar.

“Kenapa bertanya? Kamu ingin mengajakku berkencan,” ujarku tidak peduli. Damar salah tingkah. Sementara itu, Aru dan Obi terlihat beradu pandang.

“Kamu suka sekali bikin orang salah paham, bukan itu maksud dari pertanyaanku,”

Aku merasa perkataanku tidak salah, kebanyakan laki-laki selalu mengawali dengan pertanyaan seperti itu, untuk mengincar seseorang.

“Aku luang,” Kuambil salah satu snack momogi rasa keju, dan menyantapnya dengan satu suapan.

“Sebagai balasan aku menolongmu, kau memintamu untuk mengadakan teater kertas untuk anak-anak di rumahku,” ucapan Damar membuatku tersedak, lalu buru-buru kuminum segelas air yang ada didepanku.

“Kenapa aku? Juga niatmu membantuku ternyata untuk mengharapkan balasan, tidak kusangka kamu orang seperti itu,”

Damar berdecak, “Jika aku memintamu begitu saja, kau pasti akan menolaknya, butuh sedikit paksaan agar kau benar-benar bisa disuruh,” ucapan laki-laki itu sudah seperti Obi, meminta tolong dengan bentuk paksaan.

“Ini bisa jadi kesempatan bagus untuk klub, aku ikut,” ujar Obi, membuat aku dan lainnya sontak menoleh padanya.

“Aku juga ikut,” Aru mengangkat tangannya, yang kemudian diikuti oleh Arai, bahkan Akarin wanita pemalas pun ikut nimbrung dalam pembicaraan ini.

“Aku ingin memastikan kau dan Arai baik-baik saja, kalian berdua adalah tanggung jawabku, paham," jelas Akarin setelah kuberi tatapan penuh curiga.

 

…..

 

Aku pun menyanggupi permintaan Damar. Karena tidak cukup umur untuk menyetir, maka urusan mengemudi mobil diserahkan ke Akarin. Meski wanita itu mendumel, mengeluhkan punggungnya. Untuk mengatasi kebosanan, sepanjang jalan musik diputar dan kami bernyanyi bersama. Pada saat giliran Akarin bernyanyi, suaranya seperti akan memecahkan gendang telingaku.

Lihat selengkapnya