“Saya sudah putuskan, kita harus pisah. Silakan kamu urus Bara, dan saya akan urus Deslia!” pekik Ayah sembari menunjuk Ibu yang terisak di hadapannya. Wajah pria berusia 42 tahun itu memerah dipenuhi amarah. Urat-urat di lehernya menegang, menunjukkan bahwa Ayah sedang marah besar.
“Kenapa harus berpisah, Mas? Apa nggak bisa dibicarakan baik-baik?” tanya Ibu, mencegat Ayah yang sudah bersiap meninggalkan ruang tengah.
“Sudah, cukup! Apa kamu nggak paham apa yang saya katakan? Saya akan bawa Deslia!” Bukannya menjawab pertanyaan Ibu, Ayah malah semakin marah-marah. Napasnya memburu dengan dada yang kembang kempis.
“Tapi, Mas!”
Plak!
Tamparan keras itu mendarat di wajah Ibu dalam sekejap. Wanita itu menangis terisak-isak merasakan panas di pipi kanannya. Kedua manik mata yang sudah dipenuhi air mata, semakin mendorong jauh bulir bening agar terjatuh bebas. Selama hidup bersama Ayah, Ibu sama sekali tak pernah mendapatkan perlakuan yang kasar, apalagi sampai merasakan tamparan seperti tadi.
Ayah kemudian berlalu tanpa memedulikan Ibu yang masih terduduk menjatuhkan diri. Laki-laki yang selalu dihormati itu malah berubah menjadi seorang monster menakutkan. Apa yang sebenarnya terjadi pada Ayah, sampai-sampai dia menalak Ibu dan menamparnya?