Hawa Gulana

Oleh: Fanni Silviana Supenda

Blurb

Hawa dan hatinya, seringkali rumit namun begitu indah, terkadang sederhana tapi penuh lara.

Gunda gulana selalu ada di denyut nadinya, terkadang dipendam, terkadang diabaikan. Ah, bila hawa boleh bersuara, seperti apakah bunyinya? akankan seperti nyanyian duka?

Wahai hari-hari bagi hawa, akan ada masa di mana hatinya hancur hingga tak ingin menangis, jiwanya kosong hingga lupa caranya menertawakan keadaan, dan lukanya terlampau dalam hingga melahirkan keangkuhan.

Galuh seorang pembaca berita ternama yang begitu rumit dan penyendiri, menemukan banyak kisah pedih saat sesuatu seolah menuntunnya bergabung dalam perkumpulan rahasia bernama "Klub Hawa", ia dapati kisah tentang seorang anak bernama Diana yang harus makan gumpalan darah bapaknya setiap hari sebagai lauk, tentu ia kira itu hati ayam yang dimasak sang Ayah. Bapak Diana sakit jiwa sejak Ibunya pergi kabur dengan tukang pijit berkacamata dan berkulit pucat, lalu berakhir gantung diri meninggalkan Diana yang berdiam dalam kewarasan di Rumah Sakit Jiwa. Kisah berlanjut tentang seorang wanita yang harus menorehkan sayatan di pahanya untuk bisa merasa hidup, juga tentang seorang wanita malam yang cintanya tak terbalaskan. Ah, jangan lupakan kisah sang perawan tua yang jiwanya mati tepat di hari pernikahan mantan kekasihnya. Galuh menemukan banyak jati diri hawa terluka justru ketika ia begitu yakin, bahwa hidupnya, masa lalu dan kesalahannyalah yang paling larat di dunia.

Sebuah pesan untuk semua hawa dari seorang Mbak Reza, Sang Career Coach yang misterius dan karismatik, 'resah akan selalu ada, atas nama hatimu yang lelah, yang mati rasa, yang berduka, peluklah segala gulana, lalu hidup seperti biasa".

Lihat selengkapnya