Nerissa masih merengek meminta HP seperti milikku, mamanya menjanjikan HP baru jika ia bisa mendapat peringkat satu saat ujian. Barang mewah yang tak semua orang bisa miliki di zaman ini
" kaya kemarin kalo gak dituruti ya gitu, nangis trus demam" kata mamanya.
Sirup langsung keluar lewat hidung mendengar hal konyol semacam itu!! Sumpah macam anak kecil. Aku tertawa!! Nerissa tersipu malu ketika rahasianya dibongkar!!
Ringtone panggilan memenuhi ruangan, tertera Nerissa. Segera kutekan tombol hijau.
" halo..."
" hmm" kataku masih goler-goler di kasur.
" ngapain?"
" baru bangun tidur"
" ke sekolah ya..."
" ngapain sore sore sekolah?? Berburu hantu?" Tanyaku.
" gw kan ikut eskul basket, gak mau nonton nih lu??".
" hmm...".
" kesini dong, atau gw ngambek sama lu" kata Nerissa mengancam.
Dengan malas aku cuci muka dan memakai minyak rambut agar terlihat kece, kali ini aku berani pakai motor mbak Firda karena motorku dipakainya entah kemana. Dengan ninja 2T ini kuputar tipis gas menuju sekolah, keren banget gue sebagai anak baru bawa ninja.
Sampai di sekolah mata tak lepas dari perhatian menonton Nerissa bermain basket, tak lupa juga memperhatikan gunung itu bergetar getar. Bohong jika Bobby tak berdiri memberi hormat. Milik Nerissa selalu kuperhatikan.... Aku cuma bisa menggelengkan kepala tak percaya nikmat Tuhan bisa memandangnya.
Kuputuskan keluar sekolah membelikannya air dingin tanpa ia minta. Aku memberikannya ketika pertandingan sudah berakhir.
" makasih ya...".
" sama sama" jawabku.
" gimana tadi gw mainnya??" tanya Nerissa.
" bagus..." kataku gugup, karena sedari tadi mataku hanya memperhatikan susunya yang naik turun seirama dengan pantulan bola basket.
" lu gak fokus ama yg lain kan??" tanya Nerissa menyelidik layaknya ahli interogasi.
" mak... Sudnya??"
Nerissa memainkan alisnya, aku cukup dengan bingung maksudnya.
" gw fokus sama anak lainya juga lah..." kataku mencoba senormal mungkin.
" hmm..."
Apa jangan jangan dia tahu kalau sedari tadi mataku menyorot memperhatikan susunya?? Ah lupakan saja.
" lu bawa gini gak susah??" tanya Nerissa melihat ninja ini.
" enggak".
" kayaknya sedikit kegedean buat lu" ucapnya memperhatikan motor ini.
Dia membandingkan dirinya denganku, aku masih kalah tinggi. Paling tahun depan akan aku salip! Di jaman itu tak ada yang memiliki ponsel berkamera. Ada kamera milik guru untuk ambil gambar sebagai dokumentasi dan masih menggunakan Film. Cukup tua!. Nerissa bergaya di atas ninja ini, Diana menjepret gambar dengan sisa film. Lalu memberikan pada Nerissa untuk di cuci dan di cetak.
Nerissa merebut kunci ini untuk pulang, aku kembali merebut kunci karena dia bawa motor sendiri.