Rasa sakit membuatku mengibaskan jemari, pagi ini masih terasa sakit sekali. Padahal Nerissa melintir jari ini lusa kemarin.
" masih sakit??"
" menurut lu??"
" lu cabul sih jadi orang"
" gw gak cabul ya... Lu aja yang merasa di cabuli"
Nerissa mengusap usap jemariku, entah ini cuma perasaan atau memamg Nerissa yang punya bakat memijat. Belaian lembut tangannya membuat semuanya seperti langsung sembuh!
Tapi...
Aku sedang di tipu, dia makin menguatkan menyiksa jemari. Sontak aku teriak kesakitan! Sakit beneran anjir!! Akupun berhasil melepaskan jemari dari kejamnya siksaan Nerissa, kini jari telunjuk, tengah dan jari manis semuanya hampir patah karenanya. Alhasil aku mengeluarkan air mata karena sakitnya.
" eh, ini sakit beneran??"tanya Nerissa melihatku.
" iyalah gobl0k!!" kataku meringis kesakitan
Nerissa bingung melihat ku masih kesakitan. Senut senut anjir
" gw kira lu bercanda"
" aarrrgghhhh!!"
Nerissa menarikku menuju kantin dan memberi es walau sebenarnya ini sama sekali tak membantu. Aku memilih diam karena sakitnya memang luar biasa. Kulepas dasi dan membalut jemari ini, lumayan mengurangi rasa sakit.
Aku dan Nerissa melempar tas ke rumah sakit, kami keluar dari gerbang dengan membawa buku untuk alasan foto kopi di luar sekolah. Dan dengan mudahnya kami bisa bolos. Lagipula hari ini acara class meeting
Sesampai dirumah mamanya kaget melihat jariku dibalut dasi.
" kamu apain ini Rissa??"
" enggak tante, tadi main basket eh jatuh"
" mana ada?? Seragam kamu aja bersih, gak ada lecet juga" kata mama Nerissa
Aduh gak bisa dibohongi nih.
" kamu apain Rissa??!"
Mama Nerissa membuka dasi untuk membalut jari, betapa kagetnya melihat jemariku yang bengkak.
" ya allah astagfirullah ini kamu apain??" tanya mama Nerissa
" ma..." kata Nerissa heran
" eee... Aaa.. Iya pokoknya gitu deh!"
Nenek Nerissa yang melihat ini membawaku masuk, beliau membuka balutan dasi dan melihat jemari sudah bengkak.
" ini kamu apain lagi?? "
" enggak nek, tadi main basket jatuh" kataku.
" nenek lagi ngomong sama Nessie"