Sabtu siang kusiapkan motor untuk diuci tak lupa dengan memberi silikon pada jok, Biar makin maju saja si Nerissa. Hmm... makin kece aja nih motor! Tinggal bawa pergi.
Sebelum berangkat aku cek betapa licinya jok motor dan setelah beberapa kali tambahan silikon, jok motor sudah licin sesuai standart kelicinan. Sesampainya di rumah Nerissa ternyata dia belum siap sepenuhnya, dan aku dipersilakan untuk menunggu nya bersiap-siap.
" eh... Tante" kataku sambil salim
" anu... Tante saya ijin buat ngajak Nerissa main"
" oh... Iya ga papa, tadi Nerissa sudah izin kok... Hati hati dan jangan ngebut ya... "
" iya tante.... "
Lalu Nerissa keluar dengan jeans selutut dan kaos abu abu serta tas selempang kecil tak lupa mengikat rambutnya.
"Yaudah tante saya berengkat dulu" kataku sambil salim.
" kita berangkat dulu ma... " kata Nerissa.
Dan akhirnya kami berangkat dengan pelan sesuai permintaan mamanya Nerissa.
Gas! Rem! Gas! Rem! Gas! Rem!...
Itu yang kuakukan sepanjang jalan. Dan sedikit diprotes Nerissa karna jok yang menjorok ke depan serta licin tak lupa di punggungku terasa bulatan-bulatan nikmat menempel. Masih bertahan di gigi 3 dengan memainkan gas rem sukses membuat perjalanan menjadi sedikit menyenangkan. Akhirnya kami sampai di bibir pantai, Nerissa turun langsung berlari ke pantai dan bersenang senang sendiri, beberapa kali dia menyipratkan air laut ke arahku dan menarik-narik untuk bermain air tapi kutolak. Aku dan air laut punya pengalaman buruk! Dan aku tak akan menceritakan hal ini pada siapapun, bukan karena takut tenggelam atau terbawa arus atau yg lainya. Tapi ada sesuatu yang menakutkan dengan laut!. Jadi aku hanya berjalan jalan di pantai tanpa menyentuh airnya. Hingga sunset akhirnya Nerissa mengeluarkan kamera di tas selempangnya dan memintaku untuk memotretnya. Bahkan dia juga minta tolong pada orang lain buat memotret kita berdua. Lalu duduk berdua di pantai ini
" bagus ya pemandangan? " tanya Nerissa
" biasa aja " jawabku.
" ih.. Bagus tau!" kata nya memaksa
" iya... Bagus banget! Sinar jingga yang semburat memang sempurna untuk dinikmati di sore ini" kataku sok puitis seperti Rangga.
" istirahat sejenak dari kesibukan menggapai impian"
" emang lu punya cita cita?? " tanyaku.
" ada donk!! Cita-cita gw jadi dokter! Membantu menyembuhkan orang sakit! Suatu pekerjaan mulia, kalo elu?? " dia bertanya balik.
" cita-cita gw sederhana bahkan murahan, gw pingin punya bengkel dirumah gw dimana orang bisa memperbaiki kendaraan mereka tanpa harus membayar mahal" kataku menjelaskan apa yang ingin kulakukan saat dewasa nanti.