Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #41

Part 33


Minggu pagi aku baru saja bangun, didepan terparkir sebuah sedan. Aku melihat ternyata bapak entah urusan apa, ia segera masuk rumah dan tak lama kemudian keluar bertanya kabar lalu kembali menuju mobilnya dan menghilang...

Sejenak aku berpikir ada apa sebenarnya?? Apa yang ia cari? Padalah emak juga tengah berada di luar kota. Tapi biarlah sudah, karena memang sama sekali bukan urusanku.


Niat hati ingin masuk menikmati kartun pagi, tapi sebuah sedan civic merapat. Seorang gadis cantik bernama Nerissa keluar dengan pakaian biasa. Dalam ingatan tak pernah ada janji untuk menemaninya ke gereja, tapi ia langsung memintaku mandi. Ia ingin mengajariku menyetir! Benar-benar menyetir mobil. Awalnya aku ragu, tapi... Aku menurut saja, toh ini demi kebaikanku sendiri.


" lu itu cowok!! Wajib bisa" kata Nerissa memaksa...


Aku menawarinya makan, tapi ia menolak. Ia memilih menunggu di kamarku, sambil memainkan beberapa mainan. Aku memilih sarapan kemudian mandi agar tampak segar nan tampan.


" gw udah siap nih..." kataku.


" bentar" kata Nerissa celingukan.


Ia seperti mencari sesuatu, lalu menemukan sebuah kardus mie instan, entah apa yang akan ia perbuat. Dia tampak melihat dan berpikir mengenai kardus ini.


" ngapain bawa kardus?? Lu mau mulung??" tanyaku heran.


" nih mainan sayang kalo cuma, di sia-sia in" kata Nerissa menelaah mainan dam memasukkan ke kardus.


" itu punya gw kak Ness"


" heh... Gw ajari lu nyetir kaga gratis ya...." kata Nerissa dengan alasan cukup menjengkelkan di telingaku.


" kan gw gak minta di ajari"


" siapa suruh...."


Mata melihat Nerissa hampir membabat habis hot wheels dan sejenak ia memandangi sebuah robot. Segera saja kuhalangi dari keserakahan gadis gila bernama Nerissa.


" jangan ya... Itu hadiah, gak enak sama yg ngasih"


Akhirnya ia merebut semua yang menurutnya bagus Dan menaruhnya di bagasi. Mungkin jika aku tidak jatuh cinta padanya, ia akan Kupukul... Tapi mengingat bahwa Nerissa lah yang membuatku mengerti rasa jatuh cinta, maka ia akan kubebaskan.

Kami segera menuju pantai, terdapat jalanan luas belum teraspal nan tak ada siapapun kecuali para nelayan dan pemancing. Secepat kilat aku berganti berada di balik kemudi. Degup jantung berdebar, tangan gemetar.

Beberapa kali lepas kopling, akhirnya aku ancar kemudian berganti belajar bermanuver. Gue jago anjir...! .


Lihat selengkapnya