Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #51

Part 41


Aku terjaga mendengar samar adzan Subuh, merasakan tangan Nerissa lepas dari genggaman. Dan pasti ia sedang membelai lembut kepalaku. Lembut belaian terasa nyaman membuatku tak ingin bergerak sama sekali


" makasih ya, dan... Maafin gw kemarin" kata Nerissa pelan


Ingin rasanya aku mengangkat kepala tetapi hati ini menolak dan memerintahkan otak agar enggan melakukan perintah. Ia masih membelai kepalaku dengan lembut hingga aku kembali jatuh dalam mimpi indah melenakan.


....


Pagi ini aku terbangun kemudian menuju kamar mandi, mencuci muka lalu membawakan air dalam ember agar Nerissa juga mencuci mukanya. Dengan air hangat yang disediakan aku menyeka wajah ayu nya, merawat layaknya seorang perawat. Mataku sempat terkunci padanya dan terpana hingga berkontak mata, tapi buru buru aku tersadar karena tak ingin jatuh terlalu kedalam permainan hati. Ia tampak sedikit canggung melihat perlakuanku yang mungkin menurutnya aneh.

Pintu terbuka saat aku masih menyeka wajah Nerissa, ada Mbak Vana. Ada raut kaget melihat apa yang kulakukan, juga raut tak bisa kujelaskan tapi aku menilai itu ekspresi positif.


" lu makan aja dulu, pasti lu laper... Biar gw aja menyeka cewek lu" kata Mbak Vana.


Mungkin memang Mbak Vana harus melanjutkannya karena lapar menyerang dengan hebat. Selesai makan aku minum.... Jelas lah...!.


" lu pulang aja ya... Lu istirahat dirumah, pasti lu capek" kata Mbak Vana


" iya mbak" kataku.


Sarapan untuk Nerissa datang, Mbak Vana membawa pakaian ganti serta mencuci handuk. Aku berinisiatif menyuapi Nerissa, dan aku menyuapi sarapan tanpa mengatakan satu huruf. Nerissa tak mau menghabiskan makanan ini, dan tanpa sepatah kata aku kembali mengupas buah buahan. Barulah ia kembali mau makan. Baru sesuap ia makan buah, ia malah memuntahkan. Aku membersihkan apa yang seharusnya dibersihkan, mengusap mulutnya dengan tisu. Dokter dan perawat datang memeriksa, perawat memyuntikkan sesuatu di infusnya.


" pinter... Dijagain pacarnya" kata dokter.


Aku langsung melambai kaget layaknya banci kaleng.


" bukan dok, sus... Ini kakak saya" jawabku.


Dokter dan suster saling pandang lalu memperhatikanku dan Nerrisa bergantian secara seksama.


" gak miripkan?? Kakak saya hasil mungut depan rumah dok" kataku mencoba mengeluarkan candaan.


Mbak Vana keluar dari kamar mandi ruangan ini dan bertanya keadaan Nerissa. Setelah penjelasan dokter juga memandangi kami bertiga.


" maaf dok yang itu dulu mungut di kolong jembatan" kata mbak Vana menunjuk ke arahku.


Dokter menggaruk kepalanya, begitu juga dengan perawat. mungkin dalam benak mereka ini hal yang aneh alias tolol. Mbak Vana ternyata melupakan sesuatu dan memintaku kembali menjaga Nerissa. Aku sanggupi permintaan Mbak Vana dan kembali menemani Nerissa. Matahari kini berada tepat di khatulistiwa, perut kembali keroncongan!. Kuputuskan untuk mencari makan siang. Tapi Nerissa menahanku, genggaman tangannya membuatku diam.


" temenin gw ya... Jangan pulang" kata Nerissa, ia memberanikan diri membuka mulutnya.


" gw cuma mau nyari makan" akhirnya aku juga membuka mulut untuknya.


" dibungkus ya, makan sini"


" iya, tunggu bentar ya..."

Lihat selengkapnya