Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #53

Part 43



Dengan sejuta dongkol aku pergi dari rumah Inez menuju warung bakso langganan keluarga Nerissa. Sebagai manusia baik hati rasanya hambar mengunjungi seseorang tanpa membawa apa yang disukai tuan rumah.


" ah... Datang juga, dari kemarin kemana?" tanya Nerissa begitu bersahabat.


" nenek mana?" tanyaku menghindari omong kosong yang keluar dari mulutnya


" Masih di toko"


" gw beneran lho nanya kek gini" mulai kesal mataku melihat Nerissa.


" ya gw juga beneran, nenek masih di toko"


" tadi nenek lu nelpon"


" ya HP gw dibawa, gw gak pake HP sekarang" kata Nerissa.


Aku memberikan bakso untuknya, lalu segera menaiki motor kembali.


" lu kenapa?"


" gw gak papa, gw cuma terburu buru aja"


" gw tahu lu marah kan sama gw? Gw minta maaf buat yang kemarin" kata Nerissa seolah menyesali apa yang ia perbuat di lain hari.


" gw gak marah, gw gak merasa lu punya salah..." Kataku dingin, bohong kalau aku tidak marah.


" lu ada apa? Kalo mau ngomong, ngomong aja"


" maksa banget sih"


" karna lu marah sama gw dan lu gak mau maafin gw"


" gw gak marah, dirumah gw mau ada hajat, gw harus pulang cepet buat bantu-bantu, ok"


Nerissa terkejut, entah apa isi pikirannya.


" gw pulang dulu..." Ucapku.


....



Aku tengah malas hari ini, sepulang dari kediaman Nerissa membuatku enggan melakukan apapun selain bersantai. Tiba-tiba sebuab ide keluar, aku memilih membawa senapan angin mencoba peruntungan di kebun. Mungkin kali ini aku bisa membawa pulang ekor tupai.

Dengan memicingkan mata, aku mengamati sekitar. Seekor tupai temgah menikmati makanan di pucuk pohon kapuk. Jari menekan pelatuk dan dengan sekejap tupai itu jatuh. Aku segera memasukkan dalam kantong plastik lalu segera pulang. Dalam perjalanan pulang, Bagus mencegat memberikan beberapa ekor burung puyuh yang sudah tak bisa bertelur agar bisa dinikmati bersama di rumahku.


Sesampainya di rumah mata melihat sebuah Land Cruiser dan ada Nerissa yang tengah menungguku.


" katanya ada hajat? Bohong ya kerjaan lu" kata Nerissa sinis.


" gw gak bohong, nih buktinya... Gw mau olah terus makan bareng temen" kataku.


" hhhmmm... Gw bantu ya"


" boleh..." kataku.


Sembari menunggu air panas, aku memotong ekor tupai untuk menjadikan sebuah souvenir dan menjemurnya, tak lupa mengubur jasad tupai.

Air sudah mendidih saatmya menyiramkan pada puyuh ini agar mudah mencabuti bulunya.


" lu hebat ya... Bisa nembak puyuh"


Aku hanya tersenyum, bukan pujian yang membuatku demikian melainkan ketidaktahuan Nerissa pasal burung puyuh.


" puyuh ini biasa terbang dimana?" tanya Nerissa.


" puyuh gabisa terbang, ini aja ternak kok..." Ucapku terkekeh.


....


Aku membantu Nerissa membereskan semua peralatan setelah acara makan makan.


" lu kenapa mau temenan sama gw?" tanyaku spontan! *Tak pakai uhuyy!


" ya gak tau... "


" haaa.... " kataku heran.


" ya gak tau gitu, ngerasa cocok aja... Cocok temenan ama lu daripada kakaklu"


" hmm..."


Lihat selengkapnya