Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #58

Part 47



Aku berdiam diri, bukan bengong melainkan tengah melamun. Sebentar lagi ialah ulang tahun Nerissa, kado apa yang cocok untuknya?.

Berpikir membuat gw bingung dan bingung membuat kepala gw panas. Tiba tiba papa Nerissa keluar dan kembali menjejalkan sebatang rokok agar terlihat seperti pria pada umumnya. Kuterima dengan senang hati dan menyalakannya.


" laki itu ngerokok, jangan jadi banci... Emang rokok itu pahit, tapi kalo udah biasa.... Beuh ketagihan tenan koe le..."


" iya om" jawabku sungkan.


Tiba-tiba Nerissa keluar, matanya terbelalak melihatku menghisap rokok. Dia langsung ambil sebuah sandal dan menampar, tapi bisa kuhindari dan malah mengenai papanya. Otomatis ia langsung berlari sambil meneriakkan kata maaf.


"MAAFKAN AKUUUU" teriak Nerissa.


Papanya langsung ingin mengejar tapi dihentikan oleh seseorang yang menunggu di depan gerbang.


" ngapa sih?" tanyaku sekembalinya Nerissa dari melarikan diri.


" lu berani ngerokok!"


" lah kan gak ada yang marahin"


Dan sandal itu pas mengenai wajah tampan ini.


" marah mulu, cepet tua cepet mati ah" kataku.


" matiin!!"


" iye..." Jawabku.


Nerissa mengajak untuk berbelanja, entah apa yang akan ia beli. Tapi aku menunggunya di sebuah toko yang cukup besar. Aku menunggu lama di parkiran, cukup lama menunggu hingga ia keluar dengan 2 kantong besar.


" buat apa?" tanyaku.


" buat perayaan ulang tahun gw dong"


" hmm...."


" lu gak lupa bawa kado kan ntar??" tanya Nerissa dengan wajah menyeramkan,


" maksa banget lu" kataku bertingkah keberatan dengan permintaan konyolnya.


" oooo jelas... Gw kan patut dikasih hadiah"


" atas dasar apa??" tanyaku.


" yang paling pertama, karena lu suka sama gw dan karena gw cantik. Jadi gw pantes dapet hadiah spesial dari lu" kata Nerissa berhasil membuatku mulai salah tingkah ketika ia mengetahui bahwa aku menyukainya.


" PD banget lu!" kataku mengernyitkan dahi mencoba menghindar dari situasi Serba salah tingkah.


....



Aku bergulat di kasur memikirkan apa yang pas untuk hadiah Nerissa. Lama-lama bingung ingin memberinya apa, aku teringat ia pernah memberi pembalut basah. Tak mungkin jika aku memberinya sempak basah...


Hingga pagi tiba, rasanya sekolah ini begitu terpenjara. Aku masih bingung memikirkan kado yang tepat untuk seorang Nerissa. Rena didepanku, cara berjalan meliuk-liuk menggoda. Tanpa sadar tanganku menyahut dengan menggelitik pantatnya. Saat itu juga pukulan keras berhasil menjatuhkan, entah kenapa pukulan Rena bisa begitu keras.


" mampus lu!! Mampus!!" kata Rena begitu jengkel dan punya keinginan kuat untuk membunuh.

Lihat selengkapnya