" lu rela kesini demi gw??" tanya Nerissa
" apa sih yang enggak buat lu Kak Ness" kataku percaya diri selangit.
" makasih..." kata Nerissa dengan senyumnya
Suasana di kontrakan ini begitu nyaman, ia langsung mengajak untuk jalan-jalan. Dengan motor kami membelah jalanan kota pahlawan, terasa Nerissa yang begitu erat memeluk.
Kami kembali ke kontrakan ketika hari mulai larut. Betapa senangnya kami hari ini kembali menikmati waktu bersama.
" lu jauh jauh kesini cuma mau tidur di sofa??" tanya Nerissa ketika melihatku ingin beristirahat.
" kalo kejadian, ntar lu hamil... Kan gw yang susah, mana gw belum lulus pula..." kataku.
" otak lu kalo mikir rasanya pingin banget gw jedotin ke tembok"
" elu nya aja sih yang bikin mikir enggak enggak"
" yaudah ayo masukin ke kamar gw, masa lu mau tidur disini"
" tapi Kak Ness..."
" gw percaya kok sama lu" kata Nerissa
" Gak akan digrebek warga kan?" Tanyaku dan ia hanya menggeleng.
Aku tersenyum.
" so... Ini beneran mau kejadian??" tanyaku nyengir
PLAKK!!! tamparan sukses mendarat dengan mulus.
....
Meong....
Seekor kucing melompat diantara kami berdua yang tengah berbincang diatas kasur ini.
" lu jadi praktek disini??" tanya Nerissa.
" gw udah ditempatin di tempat lain Kak Ness " kataku.
" yahhh.... Lu gak jadi disini dong"
" mau gimana lagi kan"
" emang dimana??" tanya Nerissa masih mengelus kucing itu.
" Denpasar" kataku membaringkan badan diatas ranjang yang besar ini.
Untuk seukuran Nerissa yang hanya sendiri dikamar ini, ranjang ini terlalu besar untuknya. Mungkin ia bisa melihat jika suatu saat aku akan menemaninya disini.
" kok mau sih di bali?" tanya Nerissa juga ikut membaringkan badannya, ia juga masih membelai kucing yang kini bersantai diatas perutnya.
" kan sekolah yang nentuin, gw kan cuma iya-iya aja"
" kan gw pingin juga ke bali" kata Nerissa.
Kucing itu kini pindah dan berada di antara kami, ia langsung memghempaskan tubuhnya begitu saja. Dan Nerrisa masih membelai lembut kucing oranye ini. Lalu Nerissa menatapku, kita saling berkontak mata. Kini lembut telapak tangannya ada di pipi, ibu jarinya bergerak membelai.
" kenapa Kak Ness" kataku
" gak tau, rasanya kangen gw udah terobati... Mungkin gw udah terlalu biasa ketawa bareng, seneng bareng, atau ngobrol bareng, tanpa lu gw merasa sepi tahu gak?"
" apa Diana lu anggap gak ada??" tanyaku.