Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #77

Part 63


" Sudah gw bilang, gw bakal jenguk elu kok" kataku.


Nerissa tersenyum.


" gw usahain kalo ada waktu, gw bakal selalu kunjungi kok" imbuhku.


" gak perlu segitunya kali" kata Nerissa.


" kan gw kangen"


" lu kan juga harus bagi waktu, mana yang harusnya bisa digunakan buat istirahat atau kepentingan lainnya"


" jadi gak seneng nih gw tengok?" tanyaku.


Wajah Nerissa begitu datar, udara di kota Pahlawan malam ini begitu dingin menusuk. Entah memang begitu atau hanya perasaanku saja.

Mata indahnya menatap angkasa, entah apa yang tengah ia cari. Bintang tak akan terlihat di kota ini. Aku memakaikan jaket untuknya. Aku mencoba genggam tangannya tapi ia melepasnya dengan lembut. Apakah ia ingin menikmati angkasa sepi itu?.


" Kak Ness"


" hmm..."


" gw kangen ngobrol bebas seperti dulu saat di SMP" kataku menatapnya yang masih asyik berfantasi dengan langit.


Ia menghela nafas dan balas menatap mataku. Ia terkekeh, kemudian menjadi tawa yang begitu bebas seakan mengembara melampaui batas.

Lambat laun malam menjadi indah bertaburkan bintang. jika diizinkan, aku akan memetik 1 untuk Nerissa.



....



" lu jadi pulang hari ini?" tanya Nerissa menyuguhkan untukku kopi pagi ini. Kepulan asap menghilang begitu saja bersamaan dengan rasa dingin pagi ini.


" nanti siang" jawabku sembari melihat motor.


" sejak kapan beli itu motor??" tanya Nerissa.


" sekitar 2 bulan yang lalu Kak Ness" kataku.


" Motor idaman jaman sekolah" kata Nerissa,"enggak dituruti deh dulu, kok sekarang malah di belikan??" Ia penasaran.


" yaaa, memang aneh emak gw Kak Ness... Tiba-tiba saja rumah jadi rame tahu gak, ada perbotan baru, ini itu anu sampai kamar gw juga berasa baru"


" ah, itu perasaan lu doang kali... Kan lu iuga jarang pulang, di bengkel mulu kalo gak gitu ya ikut offroad"kata Nerissa menyeruput kopi." makanya ada sesuatu berbeda"


" ada benernya juga sih" kataku ikut seruput kopi.


Kami juga mengisi perut di teras sembari berbincang hangat hingga aku memiliki kesempatan untuk berbicara.


" Kak Ness, apa menurut lu... gw benar-benar dewasa kah?" tanyaku.


" Gak biasanya lu tanya ginian"


" gw cuma mau mastiin aja"


Ia menghela napas, "ya, lu sudah dewasa bahkan jauh lebih dewasa dari gw..."

Ia berhenti sejenak untuk kembali menarik nafas dalam-dalam," Lu seperti sudah siap dengan kemungkinan buruk hidup ini, seperti lu sudah tahu akan melangkah kemana disaat gw sendiri bimbang hanya untuk melangkahkan kaki, gw tahu lu akan cepat beradaptasi dengan kehidupan baru"

Lihat selengkapnya