Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #79

Part 65


" nih mas, aku bikinin teh"


" makasih mbak" kataku menikmati teh itu.


" ada yang ganggu pikiran mas??" tanya Mbak Firda .


" enggak mbak"


" ayolah mas, cerita dong" paksa Mbak Firda .


Ini yang sedikit kurang kusuka, dia selalu memaksa untuk bercerita tentang pekerjaanku, apa yang kulakukan dan apa yang aku akan lakukan. Dan itu kadang membuat kami ribut meskipun usia pernikahan kami belum genap 3 bulan. Awalnya aku mempunyai angan bahwa berumah tangga itu seindah dalam Pikiran ataupun acara Televisi.

Sekian lama aku mengenal Mbak Firda sebagai sosok pelindung meskipun terkadang aku dihajar karena suatu hal yang tak patut dilakukan. Aku mengenalnya sebagai sosok baik hati. Secara tidak sengaja aku juga mempelajari kehidupan berumah tangga dari berbagai orang, bahkan sebelum aku menikah. Aku juga pernah mempunyai bayangan. Sebuah kenikmatan dalam hubungan pernikahan ialah cara memperlakukan pasangan dengan baik. Aku akan diperlakukan layaknya raja.

Tapi angan tinggalah angan, kini aku dihadapkan oleh orang ketiga bernama Harapan. Memang harapan bisa membuat kita terbang tinggi. Dan dia juga membuat kita jatuh dengan rasa sakit yang luar biasa. Harapanku adalah hidup bahagia dengan istri, tapi harapan juga yang membuatku tidak bisa menerima istri seperti semestinya. 4 bulan ini kami hampir selalu bertikai, entah sepele atau pun besar. Kadang kumerasa menyesal menikahinya, kadang juga berpikir untuk berpisah tapi aku kembali teringat bahwa perceraian itu sangat amat dilarang.


Kenapa kehidupan baru tak seindah film atau orang lain. Bulan keempat pernikahan kami makin banyak pertikaian yang terjadi. Kami selalu memendam masalah ini untuk diri kami sendiri. waktu kenal dan main bersama kami menunjukan Yang terbaik dari diri kami, setelah menikah sosok asli kami mulai keluar perlahan.

Disela sela pulang kerja adalah waktu paling sensitif untuk marah ketika mendapati sesuatu yang tak diinginkan.

Pernah kami ribut besar karena masalah sepele yang sengaja dibesarkan dengan mengungkit kisah lama. Dan untuk ngatasinya aku melakukan hobi yang menjadi racun kehidupan rumah tangga, Offroad. Aku rela membeli sebuah motocross yang mahal demi mengistirahatkan telinga yang semakin hari semakin budek. Aku makin jarang pulang, cuek, tak peduli sekitar.


Kami tak pernah curhat pada siapapun, termasuk orang tua kami. Aku dilahirkan dengan emosi tinggi, rasanya aku ingin bermain tangan tapi kembali kuingat bahwa dia adalah seorang wanita! Hina rasanya jika kubermain tangan untuk menang darinya.

Lihat selengkapnya