" gimana?" tanya Nerissa.
" ya... Kayaknya gw menemukan ekspektasi kehidupan rumah tangga Kak Ness"
" syukurlah, gw juga seneng dengernya... Akhirnya lu mau nerima kenyataan"
" Kak Ness" kataku ingin mengutarakan sesuatu, tapi lidah terasa kelu. Lidahku menahan agar tak lepas kendali mengingat apa yang telah terjadi diantara kita.
Selama yang terjadi antara aku dan Mbak Firda, Nerissa menjadi pilihan untuk sekedar berkeluh kesah. Ia tahu semua yang terjadi.
" ya??"
" makasih ya lu selalu dukung gw buat berubah jadi lebih baik"
" iya sama sama"
" makasih juga lu udah mau jadi teman yang baik" kataku membuang ego untuknya, lagipula aku yakin apa yang kuungkapkan akan menghancurkan segalanya.
Tak ada yang bisa kuucapkan kali ini selain terima kasih.
....
Kehidupanku bersama Mbak Firda kini mulai membaik dipenuhi cinta dan kasih. Aku mulai bisa membiasakan diri untuk mulai mengesampingkan pikiran tentang Nerissa.
Kini kehidupan mengenai rumah tangga jauh melebihi ekspektasi yang selama ini kukira sudah hancur. Kuakui bodoh memang selama ini sudah menyia-nyiakan waktu hanya menuruti ego.
Perjalanan hidup kami menjadi lebih panjang serta lembaran hidup baru mulai kami tulis. Dengan tinta emas, kertas seputih tulang, hati, pikiran siap mengukir kata-kata indah yang memiliki makna lebih dari sekedar cinta. Kami akan membuat kata baru yang melebihi makna cinta untuk kami sendiri.
Waktu terus berjalan maju meninggalkan masa lalu, siap tidak siap aku harus bisa meloloskan diri dari kubangan masa lalu untuk terus berjalan beriringan bersama waktu. Begitu juga dengan kami, meninggalkan semua masa lalu, menutupnya rapat rapat untuk saling bergenggam tangan melangkah maju menuju tujuan hidup.
Di malam ini kami duduk bersama, menikmati pemandangan langit gelap tanpa bintang.
" mas..."
" hmm??" tanyaku.
" apa kamu gak bosan mas gini-gini aja?" tanya Mbak Firda.
" maksudnya mbak?"
" apa mas gak mau mencoba hal baru, jujur aku bosan dengan sekarang mas"