Aku bukanlah orang yang ingin mengkhianati pasangan! Dan aku tak akan pernah dan tak ingin menjadi salah satunya. Aku mengerti betul Rena masih nyimpan perasaan atau aku saja yang masih terlalu baik hingga membuatnya seperti diberi harapan. Sepertinya aku harus mulai jaga jarak. Hal itu membuat kami sedikit bersitegang. Itu lebih baik dari pada kami berhubungan seperti biasa dan akan menumbuhkan benih tak baik yang akan mengganggu apa yang sudah kubangun dengan istri tercinta.
Aku tak ingin siapapun menghancurkannya.
" lah Rena mana mas?" tanya Mbak Firda.
" lah pulang dari tadi, di cariin papanya" kata gw.
" kok malah di biarin, lagi rawan begal... Gak disuruh nginep aja disini"
" mana bisa kita kasih tau kuping budek nya itu, percuma..."
" padahal sudah ku masakin mie goreng kesukaan dia mas..." kata Mbak Firda.
" tumben perhatian" kataku.
" dia kan sahabatmu, selalu perhatian"
" lah gak cemburu? Kok malah cemburu dengan Nadya?" tanyaku.
" entah, gatau sih mas" kata Mbak Firda terkekeh.
....
Semenjak percakapan malam itu kami tak lagi saling menghubungi atau sekedar mengirim pesan walau itu menyangkut hal penting. Aku benar-benar menjaga jarak dari Rena. Karena jika tidak, maka rumah tanggaku jadi taruhan.
" awas mas, ada orang nyelonong lho" kata Mbak Firda mengingatkan agar aku tak melamun.
" iya mbak, santai aja... Aku jago lho... Pelatih Michael scumacher gitu loh" kataku.
Ia memainkan ponselnya.
" mau apa ke rumah Rena, mbak?" tanyaku.
Hari ini aku mengantarnya menuju rumah Rena, awalnya ia ingin pergi menyetir sendiri tapi kularang dan mengantarnya sebab aku khawatir.
" mau tahu banget mas"
Entah apa yang ia bawa, ia membawa banyak barang dan kini Mbak Firda mengusap kalung yang kubelikan beberapa tahun silam saat aku masih duduk di bangku sekolah.
Lebih baik aku menyimpan pertanyaan ini di otak.
Sesampainya di kediaman Rena, mereka berdua tampak asyik. Berbincang mengenai masalah wanita. Seperti diskon ini Itu anu yang bahkan sama sekali tak membuatku tertarik bergabung.
" mas sini deh..." kata Mbak Firda dan aku duduk di sampingnya.
Istriku melepas cincin nikah kami lalu memakaikan pada Rena.
" kalian pantes lho... Mungkin kalo jodoh bisa langgeng lho" kata istriku.
" maksudnya mbak??" tanya Rena cukup kaget dan rautnya tak bisa dijelaskan dengan yang mungkin ia pikir sebuah candaan jelek dari Mbak Firda.
" kalian cocok lho..."
Aku makin heran! Maksudnya apa?.
" kalian kenapa berantem??" tanya Mbak Firda.
" Ren, emang gw berantem sama elu??" tanyaku.
" lah, gw juga bingung kapan kita berantem??" Rena balik tanya.