Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #88

Part 72


Hari hari gw lalui dengan sepi di hati, hiruk pikuk muka bumi ini seperti debu yang lewat begitu saja. Gw mulai sering malas ke bengkel, kegiatan gw hanya tiduran dan mengemudi mengelilingi kota menghabiskan bensin. Selain itu, mabuk menjadi kegiatan utama.

Tak ada lagi tujuan dalam hidup, semua tampak hambar datar. Gw juga sering berkendara dalam keadaan mabuk. Berharap ada seseorang menabrak gw sampai mati. Tetap saja cara tersebut tak berhasil dan membuat gw begitu stress.


" lu makan ya" kata Rena.


" gw masih kenyang" kata gw.


" lu seharian ini lho belum makan, kemarin juga lu cuma makan sekali itupun dikit banget"


" gw gak punya perut karet macam lu" kata gw sempat jengkel.


Gw jengkel bukan dengan Rena melainkan minuman gw tak kunjung datang. Gw berpindah menuju ruang tamu, gw begitu gusar karema selain minuman, rokok juga habis dan tak memiliki uang sama sekali untuk membeli sebungkus.

Rena menghampiri membawa 2 batang rokok.


" gw tahu lu gak punya uang sama sekali, makan dulu baru gw kasih rokok" kata Rena terlihat licik sekali menyurih gw makan


Mau tak mau gw makan nasi demi 2 batang rokok! Betapa menyedihkan gw yang tak memiliki uang sama sekali.

Setelah makan perut gw begitu sakit bukan main, rasanya melilit lilit dan mual.


" lu ngeracun gw ya..." kata gw mual


Makanan gw muntahkan, perut gw begitu sakit bahkan gw tak mampu menahan rasa sakitnya.


" lu kena maag?"


" gw gak mungkin dan mustahil kena maag"


" tapi dari kemaren lu makan dikit dikit" kata Rena


Rasa sakit perlahan lahan mulai mereda, dan Rena memberi obat maag. Gw sendiri tak tahu dan tak pernah merasakan maag tapi lambung gw benar benar perih bukan main.

Gw diam sembari merokok, Rena kembali memberi gw makanan ringan.

Deru mesin terdengar merapat, seseorang mengendap endap memberi gw minuman dan beberapa bungkus rokok. Gw segera menyembunyikannya di kamar agar Rena tak marah dan membuangnya.


" mau kemana?" tanya Rena


" kamar"


" roti belum lu abisin"


Gw membawanya menuju kamar, menikmati bersama minuman haram dan rokok.

Gw begitu tenang menikmati ini semua ditambah pengeras suara agar gw tak mendengar apapun yang terjadi di luar kamar. Minuman ini memang membuat lambung gw mulai terasa sakit kembali tapi gw tetap menenggak tanpa memperdulikan rasa sakit.

Begitu tenang, hening dan semua memudar





......






Gw terbangun dengan kepala begitu sakit dan berputar putar, bau menyengat menyeruak masuk hidung. Ruangan serba putih menusuk bola mata.


Suara suara manusia mulai terdengar dan wajah Rena kini terlihat dengan jelas.


" akhirnya lu sadar"


" gw dimana Ren?" tanya gw


" lu dirumah sakit"


" kenapa?"


" lu hampir mati"


Gw terdiam, dokter memeriksa ini itu anu dengan segala nasihat yang tak berkesudahan hingga mulut berbusa tanpa perlu sabun. Gw hanya diam tak ingin mendengar dan ingin segera keluar dari sini. Gw mencoba mencabut selang infus tapi dihalangi oleh Rena.

Lihat selengkapnya