Di hari minggu aku bersiap menunggu kereta. Rena sedang drama melepasku ke Jakarta, dia tak bisa ikut. Karena Masa sebagai seorang pengacara alias pengangguran banyak acara telah usai dan ia harus bekerja esok hari. Sebenarnya ia ingin melamar di tempat yang sama tapi Nadya tak mengijinkan karena hal hal yang tak ingin kuketahui.
" kebanyakan drama lu! Gw gak lama"
" tapi gw pingin ikut..."
Yang membuatku malu adalah Rena menangis drama melepas seolah aku akan pergi selamanya. Aku langsung pergi dengan kepala menunduk malu... Ditambah ia sampai menyeret tangan seolah-olah aku sudah menghamilinya dan enggan bertanggung jawab.
" gw hamil, ini anak lu sendiri..." drama Rena membuat beberapa pasang mata memperhatikan kami.
" berisik!!"
" ini darah daging lu sendiri! Masa lu ga mau tanggung jawab!" kata Rena berhasul membuatku semakin malu.
" kapan sih gw pernah ngapa ngapain elu codot!?"
Akting tangisnya seolah-olah aku adalah manusia bejat semakin baik. Ya... Mau tak mau aku mengeluarkan jurus.
" pulang nanti gw beliin RC TAMIYA scale 1:14" kataku.
Kini pura-pura tangisnya berganti dengan tawaan renyah, orang yang memperhatikan kami mulai memasang raut aneh! Atau sedang bertanya-tanya.
"nah gitu dong jadi sahabat!! Selalu bikin senang dan menyenangkan" kata Rena merangkul dan mengacak acak rambutku.
" dah... Lu balik, papa lu nunggu tuh"
" awas lu kalo lupa beliin!! Gw ambil ninja lu!!" kata Rena mengacungkan jari tengah.
Aku juga mengacungkan kedua jari tengah.
" fuck you!!" teriak Rena sambil berjalan mundur melepasku.
" FUCK YOU TOO!!" kataku segera masuk.
*****
Perjalanan panjang yang begitu melelahkan terbayar dengan pemandangan kota Jakarta. Jalanan padat merayap kulalui, hingga mobil jemputan memasuki sebuah rumah minimalis.
" capek?" tanya Nadya.
" lumayan Nad"Aku langsung duduk di sofa.
" pak, semua bawaan taruh di atas ya" kata Nadya pada sopirnya.
Kami mengobrol sejenak, sebenarnya masih bingung apa yang harus kulakukan besok. Aku sudah terlalu biasa menangani mesin-mesin tantrum dan sepertinya esok hari aku harus rela berkutat dengan berkas-berkas.
Penjelasan Nadya sama sekali tidak masuk di otak udangku, apa yang tengah ia bicarakan?.
" gw tidur dulu ya Nad" kataku angsung masuk kamar dan pergi berlayar di samudra mimpi
....