Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #94

Part 77


Waktu liburan gw hampir habis, gw memanfaatkan untuk menemui Nerissa di Surabaya sebelum kembali ke ibukota.


Masih dengan kejutan tak terduga, gw sudah duduk manis di teras tatkala ia baru saja pulang dari tempatnya berurusan.

Gw mendapatkan obat kerinduan tatkala Nerissa datang dengan wajahnya yang menunjukkan kebahagiaan.

Peluk eratnya begitu hangat terasa, rasanya seperti berakhirnya musim dingin yang membekukan hati ini. Gw nikmati tiap detiknya yang mengalir begitu saja. Saat ia melepas pelukan, kebahagiaan ini serasa ada di tempat lebih tinggi dari sekedar angan sepasang insan bisa menggapainya.

Air mata bahagianya mengalir tak terbendung.


"Gw kangen, Kak Ness …," kata gw mengarahkan ibu jari mengusap air matanya.


Ia menuntun gw masuk, memberi suguhan nikmat penggoda lambung yang keroncongan.


"Enak …?"


"Seperti biasanya …!" puji gw, tak ingin jujur akan rasa makanan ini mengingat ia sama sekali tak pandai akan hal ini.

Tapi kebahagiaan hari ini tak akan luntur begitu saja hanya karena cita rasa masakan dari tangan sialan Nerissa.


....



"Di Jakarta, ngapain aja?"


"Banyak sih, berburu cewek salah satunya …," kata gw.


Langsung saja cubitan mendarat tanpa ampun.


"Bisa-bisanya, ya, lu, kek gini …!" Wajahnya begitu kesal.


"Gw cuma ingin cari perhatian lu, gw kangen, Kak Ness …," kata gw.


Langsung saja Nerissa memeluk gw."Gw, kangen …."


Ia membenamkan kepalanya di dada gw, pelukannya begitu erat. Ada sensasi dan rasa tersendiri karenanya.

Basah terasa di dada, gw biarkan saja ia melakukan apa yang ingin dilakukannya hingga ia lelah lalu melembut desahan nafasnya. Ia terlelap ….


.....



"Gw ketiduran ya …," tanya Nerissa.


"Gapapa, kok …," kata gw membenarkan posisi duduk, pegal gw rasa setelah menjadi sandaran lelahnya.


"Kenapa nangis, Kak Ness?"


"Gapapa …."


"Temen lu, jahat, ya?"


Ia menggeleng.


"Tempat kerja lu?"


Ia mengangguk kemudian menceritakan kisah pilunya disana, kisah pilu itu sebenarnya sedih untuk profesinya tapi entah kenapa gw malah tertawa.

Nerissa menatap gw tajam, mungkin berpikir gw adalah psikopat. Tak ayal, cubitan mendarat mulus di perut!


Lihat selengkapnya