Aku memutar otak, awalnya masih enggan untuk dijodohkan. tapi kali ini sungguh berbeda. Perempuan itu benar-benar mirip Mbak Firda, seolah ia merasuk kedalam tubuh perempuan itu.
" Rumahnya mana sih?" Tanyaku dalam hati.
Sebenarnya aku enggan untuk menemuinya, tapi paksaan emak membuatku menurutinya.
Tindakan konyolku yang tak bertanya terlebih dahulu dimana kediamannya. Segera aku menghubungi emak untuk bertanya, selain mendapatkan jawaban aku juga mendapat bonus makian karena ceroboh. Namanya emak tetaplah emak tapi terdengar jelas emak begitu senang dari nada bicaranya.
" Cari siapa mas?" Tanya seseorang dibalik gerbang.
" Cari om mas"
" Jangan main-main ya!!" Bentaknya dari balik gerbang.
" Cari om mas!" kataku ngeyel dengan ikut membentak.
" Gak sopan kamu!!" Bentaknya.
Aku berteriak memanggil om, " aku datang om!! Aku datang om!"
Penjaga itu keluar, nyaliku menciut melihat badan kekar nan besar itu. Tapi bagi seorang petarung jalanan macam aku tidak bisa menilai terlalu cepat kemampuan seseorang meskipun bertubuh kecil sekalipun. Aku mendorongnya yang berusaha mencengkeram kerah kaos. Penjaga cepat memberikan tinju ke wajah tampan cetar membahanaku. Ini adalah pukulan yang keras, aku juga balas tinju area fatal. Aku tarik kepalanya dan mengangkat kaki lalu mendaratkan pada lutut.
Seranganku diterimanya dan membuatku sedikit lengah tatkala ia berputar dan telapak sepatunya tepat mengenai wajahku. Membuatju terpelanting ke belakang menghantam motor hingga ambruk.
Aku bangkit dan menyeruduknya hingga terjatuh lalu mendudukinya. Aku beri ia tinju di wajah 2 kali. Dan pertarungan alot masih terjadi ketika ia bisa melepas dan mengunci dengan kedua kakinya di leher dan kepala. Tak ingin kalah, kupegang erat kaki kunciannya dan berdiri. Kepalaku menjadi sasaran empuk untuk dihujani tinju. Aku segera membanting meskipun leher jadi taruhan.
" Berhenti!!! Berhenti mas!!" Sesosok wanita menjerit mencoba melerai perkelahian kami.
" Ngapain kalian berantem??!!" Tanya Om.
" Saya gak dikasih masuk om" kataku.
Om hanya menggaruk kepala meskipun rasanya tak gatal.
Didalam aku diobati, "Bagus kan kamar ku mas??" Tanya dia
" Mana ku tau? Kan belum masuk"
" Jangan masuk mas, belum aku beresin" katanya sambil tertawa.
Mataku melihat baik-baik pintu kayu itu terdapat nama lengkapnya dan kini kutahu namanya, Lisa Maharani. Aku mulai berpikir apakah perkelahian baru saja terjadi karena kebodohanku yang tak mengetahui siapa namanya atau aku saja yang memang lupa namanya ialah Lisa??.
Bodoh sekali.
" Itu kakak ku lho mas"
" Ha??" Tanyaku kaget, " Aww!!" Aku kesakitan ketika ia membersihkan luka gores di dagu.
" Nah yang itu istrinya, kakak ku abdi negara loh tapi dinas di luar kota..."
" Serius??" Aku kaget.
" Ya kamu tau lah mas, ayahku polisi... Gak mungkin anaknya mau ikutan jadi polisi... Kayaknya ayah agak gimana gitu punya calon menantu berandalan" ia tertawa.
" Haa??" Darimana ia tahu? " Tanyaku Dalam hati.
" Kok aku tau?? Dilihat cara berkelahimu seperti orang terlatih mas" Lisa seolah bisa menjawab pertanyaanku.
Aku kaget sekaligus mencoba menduga-duga apakah ia seorang penguntit.
" Hahaha.... Bercanda mas, kan kamu dulu 2 kali ditangkap ayahku waktu tawuran STM" Lisa tertawa terbahak-bahak.
Dan sebagai pria sejati aku minta maaf pada kakak laki-laki Lisa. Dia juga tak kalah untuk meminta maaf atas ketidaktahuan yang terjadi. Seperti ada sorot takut dari wajahnya. Tentu saja ia takut pada ayahnya, ia akan dihajar ketika berani menyakiti calon menantunya yang paling tampan sejagat raya ini.
" Maaf soal motornya, martabaknya juga ya... Jadi ancur gara-gara saya"
" Gak mas, saya yang minta maaf... Gak sopan main kerumah orang"