Emak menyimpan kekesalan bukan main sesampainya di rumah tapi beliau menutupinya dengan bersikap tenang.
" Kamu ada masalah sama Lisa??" tanya emak sambil membersihkan make upnya.
" gak ada, aku juga bingung kenapa Lisa nolak padahal kemarin seneng pas aku bilang mau bawa ibu"
" Sudah pasti kamu ada salah sama dia, gak mungkin dia tiba-tiba batalin lamaran begitu saja"
Aku terdiam meneguk air digelas, begitu terlihat wajah emak penuh kekecewaan.
" besok kau kesana lagi minta penjelasan" kata emak.
Langsung saja aku meminta maaf pada emak karena memang ini kesalahanku.
.....
Aku berani menunjukkan muka Beberapa hari setelah penolakan lamaran, aku sedang duduk di teras rumahnya.
" maaf banget mas, Lisa pikir kita gak bisa bersama... Aku takut kamu malu punya istri bodoh macam aku mas, meskipun kamu gak akan mempermasalahkan itu tapi aku ragu dengan diri sendiri"
" mas tahu apa yang membuatmu nolak mas, kamu gak perlu minder atau gak percaya diri..."
" banyak yang dukung hubungan kita, Rena bahkan selalu kasih tahu apa kesukaanmu, semua dukung dan senang dengan hubungan kita..." kata Lisa dengan menunduk.
" mas tahu, pasti kamu sudah bicara dengan dokter itu"
Lisa tampak menunduk mengusap matanya.
" dia yang lebih tahu kamu mas, dia sudah bersama mas dari kecil... Mas jangan marah dengan dia ya, aku memang gak secantik dan sehebat dokter itu, atau Rena... Aku cinta kamu mas meskipun kita baru bertemu tapi maaf aku gak bisa lanjutin"
Hari itu aku menyadari bahwa dia minder dengan apa yang ada, setelah berbasa-basi aku memilih untuk pulang. Kami berpisah dengan damai dan biarlah dia mencari dan mendapatkan apa yang sesuai dengan keinginannya.
" Baiklah, mas punya pesan dari ibu... Mungkin kita gak bisa bersama, tapi jangan sampai kita putus tali silaturahmi"
Lisa tersenyum, akhirnya bisa melepas sesuatu " iya mas"
....
Aku pulang dan memarkirkan motor, terlihat mobil Nerissa. Akhirnya ia kembali menempati rumah ini sebagai peristirahatan disela-sela kesibukannya.
" gimana??" tanya Nerissa.