Aku beranjak untuk membasahi tenggorokan. Ponsel berdering, tertera Rena.
" Hai"
" Ya??"
" Semalam gw mimpi aneh lagi" kata Rena.
" Haa?? Aneh?? Mimpi apaan??"
" Gw mimpi diberi baju orang asing, baju bekas tapi bagus banget" ucapnya.
" Kalo itu sih gak aneh"
" Justru itu anehnya, kalo mimpi lebih dari sekali berarti aneh"
Sejenak aku berpikir logis, mungkin ini berkaitan dengan psikologis Rena yang entah ada apa di dalam otak udang miliknya itu.
" Sebenarnya gw juga mimpi aneh Ren"
Aku menceritakan mimpi aneh ini. Tak ada tanggapan dari Rena. Mungkin ia mempunyai pikiran yang sama yaitu berkaitan dengan psikologisju yang begitu menguras emosi dan tenaga.
" Mungkin lu punya tafsir lain??"
" Gw buntu"
" Biasanya lu tafsir ngawur tapi tepat sasaran"
" Gw ga bisa" aku meneguk air dalam gelas hingga habis
Aku menutup panggilan tak penting ini, membersihkan diri lalu pergi ke bengkel untuk beraktivitas.
.....
Sore hari aku memutuskan untuk menjemput Nerissa, apalagi hari ini jadwalnya untuk pulang sore.
Aku lihat Nerissa keluar, dia melihatku dan berpaling menuju Mercedes biru, Dan melaju. Aku membuntuti tapi laju mobil itu semakin cepat, tentu saja Lancer milikku tidak kalah cepat begitu saja. Aku berhasil menghentikannya di jalanan yang cukup sepi. Sawahan membentang luas dibelah jalan raya. Aku mengetuk kaca pintu.
" keluar!" kataku sedikit menekan karena tak dihiraukan.
Karena masih tak dihiraukan, aku kembali menendang grill dan mengembanglah airbag di kedua sisi. Nerissa juga terkena himpitan airbag, kunci pintu otomatis terbuka dan aku segera menarik pengemudi lalu mendaratkan tinju secara mulus di wajahnya.
" jangan deketin Nerissa!!" kataku masih meninju mukanya.
Tanganku masih meninju, darah keluar dari bibir dan hidungnya. Tiba-tiba aku ditarik ke belakang, dan itu Nerissa.
" Sudah! ok... Gw ikut lu pulang" katanya melerai.