Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #121

Part 100


Perkelahian yang gw lakukan menyisakan tuntutan ganti rugi dari pemilik karaoke. Gw mendapat backing Papa Lisa dan jaminan Nadya. Tapi itu tak menyurutkan niat gw untuk kembali mencoba menghabisi Mike. Gw akan mencari dirumah sakit sepulang dari sini.

Ubun ubun gw sedikit terasa nyeri setelah gw mencabut pecahan kaca. Darah mengalir tapi tak gw hiraukan.

Nadya mengajak gw untuk pulang.


" Mau apa lu??" Tanya gw


" Obatin lu"


" Gak, gak perlu"


" Nanti infeksi" kata Nadya


" Bodo amat"


" Kena tetanus, mati lu"


" Baguslah..."


Gw mendengar raungan knalpot yang begitu gw kenali. Pekerja Nadya membawa motor gw yang diamankan kesini. Gw segera ambil tas selempang bersiap untuk kembali pergi. Tapi Nadya menahan gw dengan keras tak ingin melepas.


" Please jangan pergi" tahan Nadya.


" Gw cuma ingin pulang"


" Gw tahu gimana sifat lu"


" Nad"


Deru nafasnya mulai memburu, nyaring suara tangisnya terdengar. Ia menangis, gw tak bisa menilai apakah Nadya menangis betulan atau hanya sandiwara.


" Lu tahu gw gak pernah suka lihat lu berkelahi"


" Gw hanya mau pulang Nad" sergah gw


" Bohong!!"


Yap! Ia bisa membaca pergerakan gw. Hanya ia yang bisa membaca pergerakan gw dan bisa menipu gw dengan begitu mudah.


" Gw gak bisa jaga amanat istri lu, untuk jaga lu sebaik-baiknya"


Gw menghela nafas memutuskan untuk tetap tinggal dikediamannya malam ini. Ia membawa nama Mbak Firda untuk melumpuhkan gw dan ia berhasil. Kini tugas gw untuk membuat dirinya tenang. Malam ini gw juga harus memikirkan cara untuk menghabisi seorang Mike. Tapi pikiran gw buntu karena Nadya. Dan malam ini juga gw harus menghabiskan waktu di penjara rumahnya bersama gelap malam menikmati dosa menunggu pagi menampakkan diri.



*****



Pagi menjelma menjadi penyesalan tak berkesudahan setelah menikmati indahnya menghabiskan malam dengan dosa. Dan dengan cara ini gw bisa lepas. Gw menunggu hingga malam untuk kembali beraksi.

Mike masih berani berkeliaran dengan luka, dia berada disebuah cafe sederhana. Dan bodohnya ia masih bersama temannya kemarin. Maka tak perlu basa basi lagi untuk gw menghajarnya.


Pukulan dan tendangan gw terima, begitu juga gw yang melancarkan serangan membuat cafe yang telah sepi karena larut malam itu menjadi arena pertarungan. Kursi dan meja berterbangan, beberapa warga melerai kami. Gw yang begitu kesetanan tak bisa berhenti begitu saja. Keamanan cafe turut mendapatkan bogem mentah dari gw. Akhirnya gw tak berkutik setelah dilumpuhkan banyak warga.


Ada 5 orang yang menahan gw ditanah agar tak bisa bergerak lagi. Tapi gw meronta untuk melepas diri.


" Panggil pak ustad!! Ada orang kesurupan!!" Teriak salah satu warga


Lihat selengkapnya