Hay... Kak ness

Firmansyah Slamet
Chapter #129

Part 106


Mengadakan pesta pernikahan yang serba mewah membuat kantong gw benar benar terkuras habis. Rena juga meminta maaf kepada gw karena papanya. Tapi gw tak akan mempermasalahkannya. Justru itu adalah bukti keseriusan gw pada papanya. Lagipula sebelum menikah, mereka sudah menganggap gw adalah anak mereka.

Dan hasilnya kami tak bisa berbulan madu. Kami berbulan madu di bengkel alias Rena tengah bersantai sembari menonton pekerjaan gw yang selama ini ia tonton walau kami belum menikah sebelumnya.


Tak pernah gw duga ialah Rena bisa melakukan pekerjaan yang diperintahkan melalui mulut. Ternyata Rena cepat belajar. Kini waktu terasa begitu cepat dey adanya Rena Disni. pekerjaan gw sedikit lebih ringan ketika ia bisa bekerjasama dengan gw untuk saling membutuhkan.

Dan hari ini pekerjaan menumpuk bisa kami berdua kurangi. Betapa hari yang melelahkan.


" Makan apa ya enaknya??" Tanya Rena yang mulai kelaparan karena tenaganya terkuras habis.


" Pesan nasi Padang enak..." Kata gw


Rena mengangguk, ia memesan melalui ponselnya lalu mencuci tangan yang sudah terkena oli dan Grease. Dan gw sedang bersantai menunggu pesanan, dikagetkan Dengan sebuah Lancer merah. Nerissa masih kembali, seketika itu juga darah gw naik hingga ke ubun-ubun.


" Anjing dan Nerissa dilarang masuk!!" Bentak gw


Bola matanya memutar melihat isi bengkel.


" Gw cuma mau servis"


" Banyak bengkel yang lebih bagus"


" Tapi..."


" Tapi apa?? Lu budek ya??" Tanya gw


Dia diam.


" Budek sungguhan lu, Jawab!!" Kembali gw bentak.


" Ok, plis denngerin gw....."


Tanpa menunggu ia berbicara, gw berbalik menutup telinga dan duduk ditempat semula.


" Gw akui, gw masih cinta lu!" Katanya


Degup jantung gw terlalu cepat, kepala gw panas dan tangan gw kebas ingin menamparnya. Tapi akal Sehat gw masih bisa mengontrol tangan. Gw bukan pria berengsek dan gw tak ingin memulainya sekarang.


" Keluar!!" Kata menggenggam lengannya mengarahkan keluar dari sini.


Dia menepis.


" Ada apa ini??!!" Kata Rena tiba tiba muncul.


Gw genggam kembali lengannya dan menarik Dengan paksa dan mendorongnya keluar bengkel.


" Pergi atau lu gak akan pernah pergi dari sini!!" Ancam gw.


" Sabar" kata Rena menenangkan.


" Pergi lu anjing!!"


" Sabar... Gw bisa bicarakan baik baik" Rena menengahi.


Ia berjalan kearah Nerissa dan berbicara baik baik walau gw tak mendengar tutur ucapnya. Dada gw terasa sesak dan tiap denyut terasa menyakitkan. Emosi melihatnya membuat pandangan gw mulai kabur.

Gw kehilangan keseimbangan, samar suara memanggil nama gw berulang kali.

Lihat selengkapnya