18 / 6
Dino sedang berbincang bersama Rhino, orang yang mempunyai perusahaan Hayalism dan juga menjelma sebagai pemimpin di sana. Mereka sedang membahas mengenai pengembangan produk yang akan segera mereka telurkan. Mereka menyadari jika pengguna mesin Hayalism saat ini adalah orang yang memiliki uang banyak, karena
nya harga produk itu. Namun, dengan harga 1.000.000 Dolar Waya, produk mereka telah membukukan penjualan sebanyak 1 juta unit lebih. Harga itu setara dengan denominasi Dolar Amerika Serikat yang tertinggi dalam sejarah.
Hal yang luar biasa untuk perusahaan yang baru lahir. Produk mereka adalah satu-satunya di dunia saat ini, dan animo yang mereka terima juga terdorong karena “ke-viral-an” yang terjadi di dunia maya berkat ulah Dino.
Biaya pengembangan produk awal mereka sebelumnya sangat besar dan juga membutuhkan waktu yang lama. Rhino adalah tokoh yang membidani kelahiran Hayalism. Dengan sumber dana yang berasal dari kantong pribadi dan beberapa investor, serta dukungan sumber daya manusia yang memadai, ia mewujudkan mimpinya, sebuah mimpi untuk merekam mimpinya.
Tugas Dino saat ini memimpin sebuah tim untuk menemukan formula dan konsep yang tepat, agar dapat mengeruk lebih banyak segmen di pasar yang belum mereka kuasai. Mereka mengincar masyarakat kelas menengah yang mempunyai lebih banyak populasi. Dengan keberhasilan produk pertama mereka, tentu ini adalah jalan yang baik untuk mereka selanjutnya.
Produk yang ingin mereka kembangkan akan menjadi produk dengan kasta yang berada di bawah produk sebelumnya yaitu Hayalism V1. Spesifikasinya tentu akan mereka pangkas untuk menekan harga jual, tapi secara fungsi produk ini diharapkan tidak akan jauh berbeda.
Lama Dino duduk termangu dengan kedua tangan yang tergenggam dan tertumpu di atas meja, kepalanya menempel di kepalan tangannya. Sedangkan Rhino, sedang menerima telepon dan meninggalkan Dino sendiri di meja kerjanya. Dino merasa gelisah, ia memutar ponsel dengan tangan kanannya, sedangkan tangan kiri mengepal menutup mulutnya yang berdiri di atas sikunya. Matanya menatap sudut ruang yang tak ada apa pun selain dinding berwarna cokelat.
Cerita yang ia dengar dari JJ selalu terngiang dalam telinganya. Ia ingat raut wajah JJ yang semangat saat menceritakan semua. Dan ia ingat suara kecewa JJ atas sikapnya yang tak bisa menerima apa yang JJ telah alami sebelum bertemu dirinya. Ia dapat rasakan kesedihan JJ saat itu, tapi ia tak dapat menyangkal rasa kecewanya dengan apa yang JJ telah ceritakan.
“Dino....” suara Rhino mengagetkannya.
Rhino adalah seorang yang ambisius, ia melihat peluang yang cukup besar untuk ke depannya bersama Dino. Janggut dan kumisnya tebal yang sering ia elus. Rambutnya tersisir ke belakang dengan warna bercampur antara putih dan hitam, rambut itu berkilap maksimal. Posturnya lebih tinggi dari Dino dan terlihat begitu kekar dengan tuxedo-nya yang ketat, urat tangannya jelas terlihat dan menonjol ketika mereka berjabat tangan dengannya. Tatapannya tajam dan sering kali terasa mengintimidasi. Namun, gaya bicaranya tenang, intonasi yang lembut dengan bas yang dalam.
“Dino, maksimal 2 jam ya?” tanya Rhino dengan tatapan tajam.
“Iya Pak, jadi mereka hanya bisa gunakan Hayalism maksimal 2 jam.”
“Oke, saya terima idenya. Sekarang, kamu gali lagi lebih dalam bersama tim RnD kamu, coba kembangkan lagi semua potensi yang ada, saya masih berharap kamu buat suatu gebrakan. Saya tunggu untuk ide barunya yang sudah matang, bukan yang mentah begini ya. Ingat juga, kamu sudah 6 bulan di sini dan belum menghasilkan apa pun, kalau terus tidak perform begini, kamu saya pindahkan lagi ke marketing, dan proyek ini di batalkan. Terima kasih dan kamu bisa keluar sekarang.”
Ucapan Rhino membuat Dino sedikit tersentak, ia terdiam sejenak berpikir sesuatu. “Pak, maaf. Saya ada pertanyaan.”
“Ya, silakan,” jawab Rhino singkat sembari mengelus bulu-bulu pada wajahnya.
“Anak-anak bagaimana, Pak?”
“Ya... kalau di tempat lama mereka ada yang mau menampung tidak masalah, tapi kalau tidak ada yang mau, ya terpaksa dirumahkan.” Ponsel Rhino berdering dan ia segera berdiri. “Dino, kamu bisa keluar sekarang. Saya harus terima telepon lagi.” Rhino meninggalkan Dino sendiri di meja kerjanya.
Dino mengangguk dengan wajah resah, memandang meja polos di hadapannya.
Dino’s effect, adalah sebuah gelombang pasca hiatus. Awal kehilangan Dino, penjualan mesin Hayalism belum ramai, semua orang masih ragu akan efek yang dapat ditimbulkan dari alat yang dikenakan bersama dengan stimulan yang harus dikonsumsi. Kembalinya Dino menarik banyak penonton dan menjadi titik balik perusahaan ini. Secara tiba-tiba permintaan mesin Hayalism melonjak dan membuat mereka kewalahan hingga membuat antrean untuk pemesanan.
Rhino membebankan Dino dengan tugas yang belum pernah ia emban, dan tentu Dino masih meraba dengan pekerjaan barunya itu. 6 bulan masa pengembangannya belum bertemu kata “deal” dengan Rhino. Awalnya, Dino direkrut untuk menjadi bagian dari tim marketing. Di sana, ia terus gencar membuat kampanye untuk meningkatkan ketertarikan masyarakat pada platform mereka agar bisa mengalahkan platform streaming yang telah lama berjalan. Ia juga harus meningkatkan penjualan mesin yang mempunyai target berbeda, dan itu bukanlah hal yang mudah. Dari hulu ke hilir ia kerjakan, belum lagi ia harus menjadi wajah untuk perusahaannya.
Sekarang, Dino adalah bagian dari tim pengembangan produk dan menjadi seorang Project Manager. Hal itu membuatnya tak hanya harus pintar untuk diri sendiri, tapi ia juga harus pintar mengatur timnya. Mulai dari manajemen waktu, melakukan rekonsiliasi antar anggotanya, melakukan konsolidasi, dan lain-lain. Untuk bidang pekerjaannya ia harus memikirkan mulai sketsa hingga gambar 3D, spesifikasi non teknis, dan hal pendukung lainnya. Yang akhirnya mulai dari konsep hingga produknya jadi adalah tanggung jawab Dino. Dan yang pasti semua yang ia lakukan harus bisa menghasilkan pundi-pundi Dolar untuk perusahaan.
Sekarang, prosesnya masih ada di tahap konsep. Dino harus memutar otaknya lagi agar dapat meyakinkan bos besar dengan idenya. Perasannya yang tak tenang, jelas mengganggu pikirannya. Sulit ia mengabaikan hatinya, tapi ia harus bertemu dengan Rhino lagi, dan ia harus tetap mencari konsep yang baru.
Dino berjalan menuju ruang kerjanya dengan tatapan kosong melayang, badannya seolah berjalan sendiri tanpa ia kendalikan. Kepalanya beberapa kali menggeleng sembari ia embuskan napas yang kuat dari hidungnya. Matanya tercermin kekecewaan yang kuat, ia rapatkan bibirnya untuk memendam yang ia rasa.
Di ruangannya, Dino duduk di meja berbentuk persegi panjang dengan 4 kursi, meja ini sering digunakan untuk rapat oleh Dino dan timnya. Selain itu, ruangan ini berisikan 4 meja kerja yang menjadi 1 baris menghadap jendela di samping meja rapat.
“Teman-teman, konsep ke-18 kita di tolak lagi sebagian oleh Pak Rhino. Dia tidak suka dengan konsep kita yang hanya pangkas sana-sini dan terkesan cuma ingin jual murah,” Dino berkata dengan tim kecilnya yang hanya berjumlah 3 orang. “Tim RnD besar lagi sibuk dengan proyek Hayalism V2, mereka bebas eksplorasi dengan sumber daya yang besar karena itu produk flagship. Kita dengan proyek mini ini harus terbiasa dengan keterbatasan. Sudah 6 bulan ini kita belum menghasilkan apa pun,” ucap Dino mengeluh dengan wajah lesu.
“Ditolak lagi ya ternyata, untung Bapak dekat dengan Pak Rhino. Kalau gak, kita semua sudah di tendang pasti dari sini, 6 bulan kita gak ngapa-ngapain,” ucap Julie dengan wajah yang tak bersemangat.
Stella sibuk mencoret-coret kertas sketsanya yang ditolak. “Ide kita mentok terus, Pak. Padahal saya gambarnya sudah bagus ini.”
“Mending kita makan dulu aja, Pak!” Ray menimpali sambil menutup laptopnya.
“Ayo, kita makan dulu!” ucap Dino sambil berdiri.
Tim mini beranggotakan semua anak muda yang relatif baru di dunia kerja, dan usia mereka tak jauh berbeda dengan Dino. Mereka adalah orang yang disediakan oleh perusahaan untuk membantu Dino mengemban pekerjaannya. Tugas mereka hanya membantu Dino merumuskan konsep produk, setelah itu Dino yang akan bertanggung jawab hingga produk itu berada di tangan pengguna.
Ray, seorang Data Analyst. Ia mempunyai tugas mengumpulkan dan mengelola data yang akan Dino gunakan untuk memutuskan sesuatu. Hal ini cukup vital, sebab Rhino hanya mau pernyataan yang didukung dengan data. Laki-laki yang akrab dengan angka ini, selalu menyantap makanan yang lebih banyak dari yang lain, sulit menemukan dirinya saat tidak mengunyah. Jarang bergerak adalah kesehariannya, pantatnya seolah sudah menempel erat dengan kursi yang ia gunakan. Tinggi badannya 1.6 meter dan selalu ia naikkan dengan sepatu yang memiliki sol bawah yang agak tebal. Meski banyak yang masuk ke dalam mulutnya, Ray memiliki badan yang kurus, sistem pencernaannya sangat bagus yang merupakan idaman banyak wanita.
Stella yang suka menggambar adalah seorang Graphic Designer, ia yang memvisualkan apa yang Dino pikirkan. Mulai dari sketsa hingga menjadi gambar 3D. Tinggi badannya hampir seperti Dino dengan tampilannya yang nyentrik dan selalu ekspresif. Rambutnya ash blonde, berkacamata besar dengan bentuk sedikit mengotak. Tawanya cukup keras dan kerap mengganggu pada awalnya, tapi ketika dirinya sedang tidak ada, hal itu cukup dirindukan oleh teman timnya. Waktu luangnya selalu ia gunakan untuk menonton film dan serial dari situs penyedia film-film gratis (bajakan).
Julie, Copywriter. Ia bertugas untuk mencatat apa yang Dino inginkan. Mulai dari pembahasan ide-ide yang ada di kepala hingga nanti menjadi sebuah proposal proyek yang mereka akan ajukan. Rambut bob dan kerap menggunakan turtle neck dengan tingginya setara Ray. Wanita ini mempunyai cita-cita menjadi penulis, jarinya selalu menari di atas papan ketik laptop yang ia gunakan, bahkan jarinya lebih cepat dibanding kemampuan otaknya berpikir. Berbagai dokumen word ia buka secara bersamaan, mulai dari catatan konsep produk baru, notula rapat, hingga novel yang sedang ia tulis.
Mereka baru dipertemukan ketika proyek ini berjalan, tak ada kesamaan satu sama lain, sifat dan hobi mereka yang jauh berbeda, terkadang hal itu membuat mereka berjarak dan jarang berbicara. Namun, mereka bahu membahu untuk mewujudkan impian Rhino agar Hayalism bisa digunakan semua orang dari berbagai lapisan masyarakat.
...
Berdiri Sendiri
Duduk di kantin perusahaan, Dino dan tim sedang menunggu makanan yang mereka pesan tiba. Stella sedang sibuk dengan tabletnya, ia masih terus menggambar desain produk yang akan mereka rancang. Membuat gambar dalam bentuk 2 dimensi memang terlihat mudah, Namun, untuk mengonversinya menjadi bentuk 3 dimensi cukup banyak memakan waktunya.
Sedangkan Ray, menanti santapannya dengan menyantap sebungkus tortilla pedas yang menjadi camilan kesukaannya dan segelas americano dingin. Setiap hari makanan itu selalu berada di tangannya.
“Julie, lu ngetik mulu, pada lagi gak ada pembahasan kerjaan.” Ray menatap tajam Julie.
Julie membalas tatapan tajam Ray. “Sttt... ide di kepala gua lagi banyak, gua mau tumpahin dulu, gua takut lupa nanti.” Julie melanjutkan aktivitasnya dengan sangat fokus pada laptopnya.
Ray mengangguk. “Itu novel lu apa kerjaan kita?”
“Novel!” jawab Julie singkat, tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
“Udah sampai mana progresnya?”
“Outline. Udah Ray diam dulu!”
“Waduh, 6 bulan masih outline aja, mau gua bantuin ide gak?” jawab Ray sambil terus mengunyah.