Tepat pukul 06.00 a.m
*kring..kringgg...
Suara alarm Vanesa berbunyi dengan volume yang cukup keras.
"Agghh...Aigoo, aku kok ketiduran." sambil mengacak-acak rambutnya dengan perasaan yang masih kacau.
Dia pun terburu-buru untuk membersihkan diri dan menyiapkan hal yang lain. Karena menurutnya, di sana waktu adalah hal yang utama. Jam 06.00 menurut Vanesa sudah terlambat, belum lagi dia harus berjalan keluar untuk menaiki bus untuk sampai ke tujuannya.
Berlari dengan tergesa-gesa keluar membuatnya kelelahan dan sama seperti kejadian sebelumnya , dia melihat bekal pagi tepat tergantung di pintu apartemennya dengan bentuk menarik bergambar minion.
"Ada lagi?? Ah bodo amat, aku sudah telat. "
Kali ini dia tidak mengambil bekal tersebut. Dan tepat di depan pintu apartemennya, telah hadir seseorang yang sudah menunggunya cukup lama di dalam mobil. Dengan style jelana jeans robek di bagian lutut, dipadukan sweater hitam lengan panjang.
*terdengar bunyi klakson mobil
"Mau ikut nggak? daripada kamu telat." ucap si cowok sambil melihat di luar kaca mobil.
Vanesa pun tahu, dia..
Cowok yang dia tabrak dan temui di bus kala itu. Tanpa berfikir panjang dan merasa dia sudah takasing, Vanesa pun naik ke dalam mobil.
"Lagi pula diakan orang Indonesia, amanlah kalau sekali aja aku numpang." ucapnya dalam hati sambil menaiki mobil tersebut.
Ada perasaan bertanya-tanya dalam diri Vanesa Anatasya.
"Siapa sih dia?? Kok dia bisa tau aku telat?? Jangan-jangan dia yang lagi yang ngasih aku box dan bekal itu??" sambil sesekali menatap si cowok itu.
Vanesa bahkan belum sempat berkenalan dan tak tahu nama si cowok itu.
"Liatin apa Vanes.." ucapnya sambil tersenyum.
"Hah?? Dia tau nama aku?? Aku aja belum tau nama dia?? " ribuan pertanyaan ada di dalam fikirannya.
"Loh kok kamu tau nama aku??"
"Oh iya, waktu itu aku dengar, waktu kamu lagi jelasin ke rombongan travel." katanya santai sambil menaikkan salah satu alisnya ke Vanesa.
"Oh gitu." ucap Vanesa singkat.
"Nggak pengen tau nama aku?? Namaku Henry." ucapnya dengan santai.
"Henry Gunawan." tegasnya.
Bahkan Vanesa tak bertanya akan hal itu. Walaupun dalam hatinya dia sebenernya juga ingin tau. Tapi setelah mendengar namanya, rasanya dia pernah mendengar nama tersebut. Nama yang tidak asing di telinganya. Di antara hiruk piruknya orang yang berangkat kerja di jalan, ada keheningan di dalam mobil yang berlangsung cukup lama. Layaknya sedang berada di cuaca dingin antartika yang membuat keduanya beku, diam tak bersuara. Hingga akhirnya mereka sampai di tempat tujuan.
"Makasih yah sudah anterin." Vanesa tersenyum kecil kepada Henry.
"Yeah, its okay.. see you next time. " balas Henry.