Amy bangun dengan tangan kiri yang telah dibalut perban.
Ini di kamarku?
Ya, sepertinya memang itu kamar Amy. Meja kecil dan lemari coklat itu buktinya. Di muka lemari iu tertempel foto Amy, M dan foto lama Ayah dan Ibu yang menggandeng M kecil. Amy bergerak melangkah keluar dari kamar. Amy meringis kecil. Sepertinya ada memar dan lecet di beberapa bagian tubuhnya.
"Sudah bangun?" tanya M.
Di ruang tengah Jimmi sedang mengobati luka Olie dan Zack. Amy menghampiri mereka bertiga. Wajah Zack memar sedikit di bagian pipi kanan. Agaknya luka Olie lebih parah. Pelipisnya berdarah dan kaki kirinya sedang dibalut perban oleh Jimmi.
"Sudah bangun, Nona?" sapa Jimmi.
"Namaku Amy," ujar Amy. Sebenarnya ia ingin menimpali kata-kata Jimmi dengan bahasa kasar. Namun, melihat ada Olie di sana Amy jadi menahan diri.
Zack menggeser sedikit duduknya sehingga Amy bisa duduk di sampingnya. Tak lama M membawa sesuatu di baskom. Sepertinya air hangat karena ada kepulan asapnya. Setelah meletakkan baskom di meja, M duduk di sandaran kursi di samping adiknya.
"Oke... ada yang bisa jelaskan semua ini padaku?" tanya M menatap Amy, Zack kemudian Olie.
"Sebenarnya aku tidak tahu kenapa, tapi beberapa anak SMA Burhan mngirimkan surat tantangan kepada siswa SMA Elang." Zack mengambil topi dari meja dan memakainya, "... Awalnya aku gak mengerti kenapa lalu tadi sepulang sekolah ada yang mengatakan mereka sudah memukuli Tata dan Firgo. Aku hanya mengikuti anak itu bersama Olie ke tempat tadi," jelas Zack.
"Lalu..." M menunggu kelanjutan cerita Zack.
"Mereka menyerang kami dan tentu kami harus mempertahankan diri, kan?" ucap Zack meminta pembenaran dengan melihat satu per satu yang ada di ruangan itu.
Lalu M memutar kepalanya dan menunjuk Amy."Dan kenapa kau terlibat, Am?"
"Aku hanya lewat saja. Tapi salah seorang menarik dan menjambakku sampai si rambut merah membuatku berdarah," jelas Amy. "Mereka cowok brengsek. Berani menyerang cewek."
"Kau punya kesempatan untuk lari, kan?" Zack menatap Amy yang melewatkan kesempatan itu untuk membalas si rambut merah.
"Ya...tapi aku kesal pada orang itu," ujar Amy. Tapi ia senang bisa membuat si rambut merah babak belur.
"Kau menggunakan teknikku, ya?" tanya Jimmi. Ia telah selesai mengobati Luka Olie.
"Itu... menghancurkan rahang dengan lutut. Mm... iya," aku Amy.