He Is Not My Brother

Keita Puspa
Chapter #8

Perasaan M

"Amy...," ucapku ragu. "Kau ada masalah?" Akhirnya kutanyai adikku saat sarapan.

Amy menghela napas. "Entahlah. Mungkin mau PMS."

"Kau yakin?" selidikku.

"Ya. Tidak usah khawatir," kata Amy.

Tapi semalam dia sampai tidak makan. Biasanya kalau adikku PMS justru jadi rakus. Diam-diam kuperhatikan kelakuannya selama makan. Tidak ada yang aneh. Bahkan makanannya habis seperti biasa. Mungkin aku memang terlalu cemas.

Setelah beberapa hari, sikap Amy dan Jimmi masih aneh. Bahkan aku sering melihat Jimmi senyum-senyum sendiri. Orang yang sedang fallin' love itu mengerikan. Dan adikku? Meski sudah agak normal, tapi Amy terkadang sering melamun sendiri. Aku tidak tahu apa yang harus kulakukan pada mereka selain membiarkannya.

Hari ini Jimmi pulang duluan lagi sehabis latihan basket. Aku masih capek. Kuputuskan untuk duduk sebentar di ruang ganti. Tak lama Olie dan Zack masuk. Dua orang bintang baru di sekolah. Zack dengan kemampuan basketnya dan Olie, biarpun kemampuan basketnya biasa aja tapi cowok ramah ini berhasil mengangkat nama SMA Elang dengan medali emas matematikanya.

"Hey, Kak! Belum pulang? Kulihat Kak Jimmi sudah pulang tadi," sapa Olie. Bahkan ia memanggilku kakak. Jelas cowok ini sopan.

"Aku masih ingin di sini. Lagipula akhir-akhir ini Jimmi aneh." Kuembuskan napas panjang.

"Aneh? Memangnya kenapa?" Zack duduk di sampingku dan mulai melepaskan bajunya.

"Dia sedang jatuh hati."

"Apa? Jatuh hati? Kata dari jaman apa itu? Maksudmu jatuh cinta?" Zack tertawa menampakkan deretan giginya yang rapi.

"Jadi, dia lebih sering tertawa sendiri, lalu lebih ceria dan sering membicarakan seorang gadis?" Olie juga ikut duduk dan menatapku.

"Bukannya dia playboy? Mana mungkin dia jatuh cinta," kata Zack.

"Nggak. Jimmi tidak menggambarkan ciri-ciri yang Olie sebutkan kecuali senyum-senyum sendiri. Lagipula Jimmi juga sering melamun dan tidak konsen," jelasku.

"Lalu?" Zack menyela.

"Aku mengenalnya sejak bayi. Jimmi tidak pernah bilang jatuh hati sebelumnya." Kupandangi wajah bingung Olie dan Zack.

Kami bertiga diam. Entahlah apa yang kedua orang di sampingku ini pikirkan. Aku sendiri jadi berpikir tentang kata-kata Jimmi yang belum ia selesaikan waktu itu.

"Hei... aku tahu!" Olie hampir menjatuhkan Zack dari bangku. "Mungkin Kak Jimmi sudah menyatakan cintanya tapi gadis itu menolak. Jadi dia patah hati!"

Aku dan Zack menganggukan kepala. "Gadis itu pasti tangguh," gumamku.

"Atau mungkin gadis itu mengkhianati Jimmi, atau hubungan keduanya tidak direstui orang tua...."

"Ish... kau kejauhan, Zack," ujar Olie menyikut perut Zack.

Lihat selengkapnya