He Is Not My Brother

Keita Puspa
Chapter #12

Ruang Konseling

Amy duduk di bangku kelasnya. Ia bersantai dan membaringkan kepalanya di meja. Masih shock dengan kejadian semalam. Ia bertekad untuk melupakan Olie. Meskipun sulit. Saat latihan basket mau tak mau ia akan melihat cowok itu.

Semalam sepanjang perjalanan Amy diam saja. Begitu juga Jimmi. Bahkan ketika telah berada di depan pintu rumahnya, Amy tidak sanggup untuk berterima kasih pada Jimmi. Wajah Jimmi terlihat kaku dan menyeramkan bagi Amy. Ia tahu sahabat kakaknya itu marah padanya. Meski Amy tidak merasa membuat sebuah kesalahan yang pantas membuat Jimmi marah.

"Woy!"

Amy tersentak dari pikirannya. Zack tahu-tahu sudah duduk di kursi depan menghadap Amy. "Selamat, yah," ucap Zack mengulurkan tangan.

"Apaan, sih?" Amy melirik Zack, menganggap cowok itu aneh.

"Hmm... semalam adalah hari bahagia 3 pasangan."

Amy hanya mengerutkan kening dan bepikir Zack sepertinya memang agak sakit.

"Kenapa sih? Kau ngomong apa, Zack?" tanya Amy meminta penjelasan.

"Semalam, di pesta, Olie mengumumkan pertunangannya, lalu M jadian dengan Weni dan...." Mata Zack mengerling nakal.

"Tunggu!" Amy menutup mulut Zack dengan telapak tangannya. "Kau bilang Olie tunangan?"

Zack menyingkirkan tangan Amy. "Iya... masa kau gak tahu? Eh... aku lupa, waktu itu kau sedang berpelukan sama Jimmi, kan?"

Amy menegakkan badannya dan membuka mata lebar menatap Zack. "Apa katamu, Zack?"

"Hey... kalian juga jadian, kan?" tanya Zack sambil tersenyum.

"Siapa yang menyebar gosip begitu?" Tanpa sadar muka Amy memerah.

"Aku lihat sendiri kalian berpelukan di parkiran. Lalu kalian pulang bareng, kan? Aku pikir cuma dua pasangan yang berbahagia, ternyata tiga." Zack tertawa sambil menggaruk kepalanya. "Malam yang amazing!"

"Zack... kau jangan sebarkan gosip, ya. Aku tidak ada hubungan dengan Jimmi!" ucap Amy menggebu.

Zack terdiam sebentar. Ia menarik napas. Memandang Amy beberapa saat lalu berdiri.

"Baiklah... kalau kalian memutuskan backstreet aku akan menutup mulutku," kata Zack. Ia menggerakkan jarinya horizontal di depan bibir seolah sedang menutup resleting.

"Hei... bukan begitu!!!"

Kring...!

Kring...!

Bel pertanda istirahat selesai berbunyi. Zack buru-buru berlari menuju kelasnya yang berada persis di sebelah kelas ini. Teman-teman sekelas Amy bermunculan dan segera menduduki kursi masing-masing.

Amy lemas. Ia menyandarkan tubuhnya ke belakang. Ia tak mungkin mengejar Zack dan menjelaskan semuanya karena guru sosial sudah duduk manis di meja guru dan mulai berceloteh.

Lihat selengkapnya