Amy terlihat gelisah di ruangan hijau itu. Baginya sungguh sangat menyebalkan berada di sana. Vas yang biasanya berisi bunga warna-warni itu kini hanya berisi air sisa rendaman bunga. Meja kayu itupun tampak begitu acak-acakan dan tak terurus, tidak seperti biasa.
Kreeek...
Pintu terbuka dan nampaklah Mrs.Larry dengan blouse hitam dan rok yang juga hitam. Seperti berkabung saja. Matanya terlihat lelah dan memiliki kantung. Kacamatanya yang kotak tak mampu menyembunyikan lingkaran hitam di sekitar mata Mrs.Larry yang berwarna cokelat.
"Jadi, Amy... nilai Bahasa-mu menurun?"
"Sebenarnya, cuma turun sedikit, kok," jawab Amy. Tidak yakin itu adalah penyebab ia berada di ruangan itu.
"Ehm... bulan lalu nilaimu 9,4 lalu terakhir hanya dapat 8,7. Kau bermasalah dengan bahasa?"
"Tidak."
"Lalu kenapa nilaimu berkurang? Apa kau tidak suka guru barumu?"
"Aku menyukai Mr. Andi,"
"Baiklah... kalau begitu, ceritakan padaku caramu belajar terakhir kali," kata Mrs. Larry tegas.
Amy terdiam sejenak. "Umm... aku mengerjakan beberapa soal latihan sebelum ujian, juga mempelajari beberapa macam majas."
"Itu saja? Kenapa hanya majas?"
"Karena bab 4 memang membahas majas hiperbola, sarkasme, ameliorasi, personifikasi dan beberapa majas lain, Ma'am," kata Amy menjelaskan.
"Sepulang sekolah kau harus mampir di perpustakaan dan mempelajari bahasa selama satu jam, setiap hari." Mrs. Larry menulis sesuatu di bukunya yang tebal.
"Apa? Aku bisa memperbaikinya bulan depan, Ma'am," protes Amy tak terima.
Mrs. Larry berdiri dan membuka pintu. "Tak ada tawar menawar, Nona. Kau sudah selesai. Silakan kembali ke kelas." Mrs. Larry mengulurkan tangan menuju pintu.
Amy melangkah gontai menuju kelas. Wajahnya tertekuk. Ia mengutuk Jimmi yang menjadi penyebab dari semua hukuman yang harus ia jalankan dari Mrs. Larry seminggu terakhir ini, sejak Jimmi pulang.
Mrs. Larry mengira Amy dan M bersekutu dengan Jimmi. Mereka dianggap menyembunyikan Jimmi dengan sengaja di rumah mereka. Padahal Jimmi sendiri yang datang minggu sore itu. Seandainya Jimmi tidak menginap di rumahku, pikir Amy, tentu aku gak akan dituduh menyembunyikan anak badung itu.
"Sekarang lihat kita, M. Selalu jadi sasaran empuk Mrs. Larry. Aku gak betah lama-lama di sini," ucap Amy di perpustakaan. Tepat setelah sekolah bubar.
"Mau bagaimana lagi? Nilai Biologiku anjlok." M mengambil sebuah buku tebal dari rak.
"Nilaimu anjlok?"
"Cuma dapat 6,2."
"Pantas saja kau dihukum. Bahasaku 8,7 tapi tetap saja aku dihukum. Padahal itu masih di atas rata-rata." Amy meremas satu halaman buku yang ada di depannya.
"Sebenarnya Mrs. Larry juga menghukumku untuk lari 20 kali mengelilingi lapangan setiap pagi."
Amy melirik kakaknya. "Memang ada hubungannya dengan Biologi?"
M berhenti membaca bukunya, "Dia bilang permainanku di pertandingan basket terakhir tidak bagus, jadi aku harus menambah latihan fisik."
"Yang benar saja, dia menghukum kakak karena itu? Ish... menyebalkan!" Amy memukul meja karena emosi.
"Hei... yang di sana! Jangan berisik!" Sang penjaga perpustakaan menunjuk ke arah Amy dan M.