Amy melangkah santai di lorong kelas. Hari ini semua mata pelajaran menyenangkan. Biologi, bahasa dan olah raga. Tidak ada alasan untuk khawatir, kecuali pertandingan basket sore ini. Tapi Amy sudah menyiapkan alasan untuk absen lagi. Jadi buat apa khawatir?
"Amy!"
Amy menoleh mendengar suara itu. Dilihatnya Lewis tengah berlari kecil mengejarnya. Ia membawa selembar kertas yang kemudian ia serahkan pada Amy.
Amy menerimanya dengan penuh tanda tanya, "Apa ini?"
"Baca saja!"
PENGUMUMAN!
Sehubungan dengan akan berakhirnya masa jabatan para pengurus Organisasi Siswa, maka panitia pemilihan Ketua Murid Eagle School membuka kesempatan kepada seluruh siswanya untuk menjadi Ketua Murid periode ...
Amy tidak meneruskan membaca dan malah mengembalikan kertas itu pada Lewis. "Tidak tertarik," ucapnya sambil berlalu meninggalkan Lewis.
Lewis kembali mengejar Amy, "Hei... aku yakin kau bisa jadi seperti kakakmu."
"Aku tak mau mengikuti M," kata Amy tegas.
"Ayolah," bujuk Lewis.
"Tidak mau, Lewis. Sekali gak mau tetap gak mau! Ketua murid itu tanggung jawabnya besar. Aku tahu itu karena M terkadang uring-uringan dengan tugasnya," jelas Amy. Berharap Lewis berhenti mengganggunya.
"Mmh... benar nih, gak mau?"
Amy tak menghiraukan kata-kata Lewis. Matanya mengikuti beberapa orang berseragam yang menuju ruang kepala sekolah.
Polisi? Untuk apa mereka datang ke sekolah? pikir Amy.
"Amy, ayo masuk! Sudah bel." Lewis menarik tangan Amy dan menyeretnya menuju ruang kelas.
"Hei... hei! Aku bisa sendiri, Lew!"
ยงยงยง
Sore itu mau tak mau Amy menyaksikan pertandingan basket. Alasannya untuk membolos ditolak pelatih. Hari ini terpaksa ia harus melihat Olie. Ia mempersiapkan hatinya. Berharap dapat mengendalikan diri. Ia memang sudah tidak merasa sesakit hari itu tapi tetap saja tak mau melihat Olie. Ketampanannya begitu menggoda. Amy menarik napas panjang sebelum ia melangkah mendekati pelatih.
"Oh... kau, Amy. Pertandingan dimundurkan satu jam," ucap pelatih yang mengetahui kedatangan Amy.
"Kenapa? Kok, aku tidak tahu, Sir?"
"Mereka sedang di ruang Kepsek. Para polisi itu ingin menanyakan beberapa hal berkaitan dengan tawuran bulan lalu."
"Kukira kasusnya sudah selesai. Apa mereka akan ditahan?"
"Tentu tidak. Mereka masih di bawah umur. Kudengar tersangka utamanya adalah sekelompok siswa SMA Burung Hantu. Kalau tidak salah kau pernah ribut dengan mereka juga, kan?" Pelatih melirik Amy.
"Eh?" Amy teringat kembali peristiwa di jembatan itu. "Jadi, mereka ya?"
"Kemungkinan besar." Pelatih mengeluarkan sesuatu dari kantongnya. Rokok. "Kalau mereka semua sudah datang, beritahu aku. Aku ada di kantin."
"Baik."