Hari ini kurang seru bagi Val. Kawan karibnya tidak masuk sekolah. Kemarin ia pulang duluan dan hanya mendengar apa yang terjadi dari Lewis tadi pagi. Ia sangat geram pada para kakak kelas yang merisak Amy. Kalau saja mereka sekarang ada, ia akan mengamuk pada mereka. Untungnya, mereka bertiga juga kena skors.
"Lew... ke rumah Amy, yuk!" ajak Val pada Lewis yang tengah menyandangkan tas sekolahnya ke bahu.
"Ayo! Kebetulan mau main gim juga bareng M," ucap Lewis mengiyakan ajakan Val.
"Sif... ikut?" ajak Val pada Sifa yang tengah membenarkan tali sepatunya.
"Hari ini gak bisa. Aku harus buru-buru pulang bantuin Ibu."
"Oh, sedang banyak pesanan?" tanya Lewis. Semua tahu kalau ibunya Sifa adalah pembuat kue yang terkenal.
"Iya, dari kemarin. Aku sampai capek banget," ujar Sifa sembari meregangkan tubuhnya. "Yang biasa bantuin Ibu sedang sakit, jadi mau ga mau aku yang gantiin. Udah, ya, aku duluan. Salam buat Amy!"
"Oke!" Val melambaikan tangan pada Sifa yang pergi dengan agak tergesa.
"Oh, itu M!" seru Lewis. Ia buru-buru keluar kelas, menarik Val untuk ikut lari bersamanya.
"M! Kami mau jenguk Amy." Lewis mencegat M yang tengah berjalan dengan sahabat karibnya.
"Ah, ayo! Sepertinya memang Amy membutuhkan teman saat ini."
M tersenyum dan berhasil membuat Val setengah terbang. Kalau saja M tidak jadian dengan Weni, ia akan mengejar kakak Amy itu. Sayang sekali, sekarang M ia coret dari daftar calon pacar.
"Kurasa enggak terlalu butuh," sanggah Val. Ia melirik Jimmi, "Sekarang, kan, Amy sudah punya pacar."
"Kami gak jadian," ucap Jimmi datar.
"Ha? Gimana? Gimana? Kalian enggak jadian?" Val bergerak ke depan dan menghalangi jalan Jimmi. "Aku pikir kalian...." Bibir Val bergerak tetapi tidak bersuara. Ia terlalu terkejut.
Jimmi, M dan Lewis melewati Val dan terus berjalan meninggalkan Val yang masih tak bergerak.
"Hei, tunggu!" ucap Val begitu menyadari ketiga cowok itu meninggalkannya.
§§§
"Kalian beneran gak jadian?" teriak Val, mengagetkan M dan Lewis yang tengah bermain video game.
"Memang kapan aku bilang jadian sama dia?" Amy memutar bola mata.
"Tapi, Am... Kak Jimmi itu keren." Val melemparkan bantal ke wajah Amy.
"Terus kalau keren harus jadian, gitu?" Amy melempar balik bantal ke arah Val.
"Ya, iya-lah! Terus kemarin kau tendang si Iren gara-gara apa?"