He Is Not My Brother

Keita Puspa
Chapter #29

Father

Di bawah pohon ek yang cukup besar itu, sebuah tikar tergelar. Seorang cowok yang tinggi dengan rambut undercut duduk dengan lutut ditekuk, begitu pula wajahnya. Wajah dengan hidung mancung dan mata cokelat kemerahan itu tampak tidak keruan. Memar ringan menghiasi sudut bibir serta pipinya. 

"Aku beneran minta maaf, Jimm." M menghampiri cowok tinggi itu dan menyodorkan kotak P3K. 

Jimmi tidak bereaksi. Ia masih shock dan tidak percaya karena M benar-benar menghajarnya. 

"Kau marah? Hei, Jimm...." M meletakkan kotak P3K di samping Jimmi. "Biar kuminta Amy mengobatimu."

Baru saja akan beranjak, tangan M ditarik Jimmi hingga cowok itu terjatuh. "Jangan!“ tolak Jimmi. 

"Kenapa? Lukamu pasti cepat sembuh."

"Tak usah. Nanti malah makin parah lukanya."

"He?" M bengong sejenak. "Kok, bisa?" 

"Bisa. Soalnya aku tidak bisa tidak menggodanya. Nanti dia bar-bar. Kau ingat gimana birunya tangan Lewis ketika di bus?" Jimmi membuka kotak P3K, mengeluarkan kapas, alkohol dan cairan iodine. 

"Dasar, kau! Kalau begitu kuambilkan minum," M berdiri, cowok yang kini hampir botak itu tersenyum memamerkan lesung pipitnya. 

Saat M memasuki beranda rumah, Amy keluar. Melihat kakak beradik itu berpapasan membuat Jimmi sadar kalau mereka memang mirip. Apalagi sekarang rambut keduanya sama-sama botak. M terlihat seperti Amy dan Amy terlihat seperti M. Yang membedakan hanya postur tubuh mereka saja. Amy hanya sebahu M dan tubuhnya lebih mungil. 

Kalau saja M adalah cewek, Jimmi tak akan ragu untuk menjadikan sahabatnya itu pacar. Tanpa sadar Jimmi tertawa sendiri, geli dengan pemikirannya yang gila barusan. 

"Benar, kan, kau itu sinting, Jimm!" Amy tahu-tahu sudah duduk di samping Jimmi. 

Jimmi berdeham untuk menetralkan perasaannya. Namun, melihat wajah Amy membuatnya tergelitik kembali.

"Kau ngetawain aku?" tanya Amy melihat Jimmi bersusah payah menahan tawa. 

"Bukan. Gede rasa!" Tangan Jimmi kembali membersihkan wajahnya dengan alkohol. Karena tidak terlihat, yang Jimmi bersihkan malah bukanlah area luka. 

Melihat memar di wajah sahabat kakaknya itu, Amy sedikit iba. Padahal Jimmi telah membantunya tapi malah mendapat hajaran M. 

"Maaf, ya," kata Amy. "Kau jadi harus begini."

"Harusnya kau katakan saja dari awal pada M. Pasti wajah gantengku ini gak bakal terluka!" seru Jimmi sambil terus berusaha mencapai daerah lukanya yang terasa perih. 

"Kau sendiri kenapa tidak berani bilang?"

Jimmi berpikir keras bagaimana untuk mengatakannya. Bahwa sebenarnya ia tidak memiliki kosa kata yang tepat untuk kejadian itu. Apalagi hal itu sangat sensitif bagi para cewek. Alih-alih menjawab, cowok itu malah memamerkan gigi-giginya dengan bibir yang melengkung. 

Amy merebut kapas dari tangan Jimmi. "Bukan di situ yang luka," ucap Amy. "Sini biar aku bersihkan."

Lihat selengkapnya