He Is Not My Brother

Keita Puspa
Chapter #31

Tiga Bersaudara

Langit yang mendung tidak menyurutkan semangat Amy pagi itu. Ia menyiapkan sarapan untuk empat orang di meja makan. Entah kenapa, hatinya ceria sekali pagi itu. 

"Wah, harum sekali. Dari baunya enak," ucap Jerome yang segera menarik kursi dan mendudukinya. 

"Tiga piring aja, Am. Jimm sudah pulang," kata M sambil mengembalikan satu piring ke rak. 

"Hooo... tumben dia gak ikut sarapan di sini." Amy menyendok nasi goreng untuk ayahnya, kemudian mengambilkannya untuk M. 

"Tumben diambilin," celetuk M. Memang biasanya Amy tidak berbuat sebaik ini padanya. 

"Kalau tidak mau ya, sudah. Sini buatku saja!" seru Amy seraya merebut piring di hadapan M. 

"Hei! Aku cuma bercanda," protes M. Direbutnya kembali piring berisi nasi goreng sosis itu dari Amy. 

"Amy, Marsh... kalian, kan, bukan anak kecil lagi." Jerome menggeleng melihat kelakuan dua anak remajanya.

"Ya, maaf, Yah...," ucap M kemudian menyendok sesuap nasi. 

"Magda bilang, kau diterima di Universitas Cendekia, Marsh...?" Jerome mulai berbicara serius. Diperhatikannya wajah anak lelakinya.

"Ah, iya," jawab M singkat. 

"Serius?" Amy berhenti mengunyah. Beberapa butir nasi keluar dari mulutnya ketika ia bicara. "Kok, Kakak gak bilang padaku?" 

"Telan dulu makananmu! Jorok!" M menggeser kursinya menjauh dari Amy. 

"Kau mau kuliah di sana?" tanya Jerome. 

M menghentikan kunyahannya kemudian diam sesaat sebelum berkata, "Aku... belum tahu, Yah."

"Woah... kenapa? Itu adalah hal yang diinginkan semua murid! Kau harus mengambil kesempatan itu, Kak!" 

M melirik Jerome tanpa bicara apapun. Ia tidak ingin membicarakan alasannya sekarang. Tidak di depan adiknya. 

"Mungkin kakakmu butuh waktu untuk berpikir, Am," ujar Jerome yang mengerti dengan bahasa tubuh M dengan baik. "Oh, bukankah kalian harus bergegas?" 

Amy dan M melirik jam dinding yang berada di dapur. Kemudian mereka segera menghabiskan makanannya. 

"Hati-hati di jalan!" seru Jerome pada anaknya yang kini seperti anak kembar. Ia mengekor dua saudara itu hingga menghilang dari titik perspektif. 

"Ah, aku lupa mengingatkan mereka bawa payung! Semoga mereka tidak kehujanan di jalan," gumam Jerome sambil menepuk dahi. 

"Jangan khawatir, mereka akan baik-baik saja."

Jerome melirik arah suara itu dan mendapati Anne tengah berada di sampingnya. 


§§§


"Jimm, bawa payungmu!" Mrs. Larry berteriak sembari melemparkan sebuah payung ke arah anaknya. 

Mrs. Larry memang terkenal galak di sekolah, tetapi lebih galak lagi jika di rumah. Ia sering meneriaki anak bungsunya yang seringkali melanggar perintah dan aturannya. 

"Oke, Bu!" Jimmi menangkap payung berwarna merah jambu itu dengan tangkas. Ia ingin protes perihal warna payungnya tetapi ada hal yang baginya lebih penting untuk dilakukan sekarang. 

Beberapa meter di depannya, ia melihat kakak-adik yang selama ini selalu menjadi temannya. Jimmi berlari dan menyergap bahu keduanya. 

Lihat selengkapnya