Seperti yang telah Jerome katakan, malam itu seluruh desa gelap gulita karena listrik padam. Ini adalah kesempatan yang bagus untuk mengamati bintang-bintang. Langit terlihat berkilauan tanpa awan menghalangi.
"Wah, it's amazing!“ Amy menengadah melihat titik-titik cahaya bermunculan setelah matanya beradaptasi dengan kegelapan. "Aku gak tahu kalau bisa terlihat sebanyak ini dengan mata telanjang."
"Tentu bisa. Kita hanya perlu menemukan tempat gelap. Ah, kau tak pernah mau kuajak berkemah bersama para pecinta alam, sih." M berkata sambil memasang sebuah kamera pada tripod. "Di gunung, kita bisa melihat pemandangan ini. Jika cuaca cerah pastinya."
"Dimana milky way?"
M menunjuk sebuah rasi bintang. "Di sana. Kau tahu itu apa?"
"Antares?" tebak Amy. Ia tahu karena M menunjuk rasi bintang berlogo kalajengking. Dan bintang paling terang di gugus itu dikenal dengan Antares.
"Ya. Lihat ekor kalajengking itu? Bagian Bimasakti ada di sana."
"Oh, kabut itu?“
M mengangguk dan tersenyum. Ia kembali sibuk mengatur posisi kameranya. "Mau kufoto bersama Bimasakti?“
Mata Amy berkilat di kegelapan."Ya! Tentu saja!“
"Baiklah, berdiri di sana!“ perintah M. Ia menunjuk sebuah tempat. "Tunggu! Ini, pakai ini." M menyerahkan sebuah senter pada Amy.
"Untuk apa?“ Amy menaikkan bahu. Wajahnya terlihat kebingungan di dalam cahaya api unggun yang berhasil Jerome nyalakan.
"Nyalakan, kemudian arahkan ke salah satu bintang. Seperti Antares. Kau harus menahan posisimu selama 32 detik. Oke?"
"Baiklah." Amy menuruti instruksi M. Dinyalakannya senter kemudian ia tidak bergerak. Amy tidak menghitung detik. Rasanya ia tak ingin menggoyangkan lutut. "Apa sudah selesai?“
"Tahan. Sepuluh detik lagi."
Amy mengembuskan napas. Sepuluh detik terasa begitu lama. Ia bahkan mulai merasakan pegal di leher karena harus menahan posisi kepalanya yang mendongak. Ia menyesal kenapa tadi tidak menunduk saja atau menatap lurus ke depan.
"Yep. Sudah selesai." M meraih kamera dan melihat hasilnya. "Nanti kuedit," katanya dengan wajah berbinar dan senyum terkembang.
"Kau sungguh menyukainya?" tanya Amy yang kini ikut melihat layar kamera di samping M.
"Menyukai apa?" tanya M tanpa menoleh meski ia tahu adiknya kini tepat di sampingnya.
"Benda-benda langit itu."
M menoleh ke arah Amy dan berkata dengan yakin, "Ya. Mereka bersinar dan penuh misteri."
Amy melihatnya di wajah kakaknya. Keinginan dan ketertarikan yang kuat. Wajah M bahkan sangat sumringah. Wajah paling bersinar yang pernah Amy lihat dari kakaknya.
"Kau harus masuk jurusan astronomi, M."