He Is Not My Brother

Keita Puspa
Chapter #37

Pagelaran Seni

Akhir semester telah datang. Sebagai penutup, SMA Elang dan SMA Nuri bekerja sama untuk mengadakan pagelaran seni gabungan. Bertempat di SMA Nuri yang mewah dan luas. Daripada sekolah menengah, SMA Nuri lebih pantas menjadi perguruan tinggi karena luasnya sekolah dan fasilitas yang mumpuni. Padahal, murid di sana terbatas. Hanya seratus murid per tahun yang diterima di sana. 

Amy dan M berangkat bersama Jimmi menuju SMA Nuri dengan mengendarai bus. Amy masih tidak mau mengakrabkan diri dengan Jimmi. Jadi, sepanjang perjalanan gadis itu lebih banyak diam. 

Bus pagi hari sangat sesak dengan para pekerja yang bekerja di luar kota. SMA Nuri terletak di pinggir kota sehingga untuk ke sana harus menumpang bus antar kota. 

Baik Amy, M maupun Jimmi tidak mendapatkan duduk. Mereka berdiri dengan penumpang yang terus naik. Halte ke halte penumpang semakin banyak. 

M menarik Amy, membuat gadis itu kini berada di antara kakaknya dan Jimmi. Penumpang semakin berdesakan. Kedua cowok itu berusaha menahan desakan orang-orang agar Amy tidak terjepit. 

Amy harusnya bersyukur memiliki dua bodyguard yang menjaganya dalam kondisi seperti ini. Namun, gadis itu sedang tidak fokus. Pikirannya terbang kemana-mana. Bahkan ketika mereka telah sampai tujuan, M harus menyeret adiknya itu agar ikut turun.

"Jangan melamun, Am!" seru M ketika mereka telah turun dari bus dan menepi di trotoar. 

"Sepertinya dia masih ngantuk," ucap Jimmi. Mereka memang berangkat pukul enam. Lebih pagi satu jam dibandingkan dengan berangkat sekolah. Kalau tidak menjadi panitia, ketiganya tidak akan sudi berangkat pagi. 


"Ah, maaf. Tadi aku gak fokus." Amy berjalan menuju arah yang salah dan langsung ditarik Jimmi. 

"Mau kemana? Tempatnya di seberang sana!" Jimmi menunjuk sebuah bangunan dengan halaman yang sangat luas dan hijau. 

"Terlalu berlebihan untuk gedung sekolah menengah," komentar M. 

"Tapi ini bagus. Lebih bagus dari taman kota kita." Amy tercengang melihat halaman sekolah yang menyerupai taman itu. Pohon-pohonnya rindang. Jalanan setapak yang terbuat dari paving blok berwarna cerah menghiasi tanahnya yang bebas dari daun-daun kering. Rumputnya pun indah. Begitu hijau dan rapi dengan beberapa bunga morning glory di beberapa sudut yang terletak di dekat bangku taman yang sepertinya baru. 

"Apa benar ini SMA?“ gumam Jimmi ketika mereka tiba di gerbang SMA Nuri yang begitu besar dengan pos sekuriti yang mirip kantor polisi. 

Seorang sekuriti menghampiri dan menanyakan maksud mereka. M menunjukkan sebuah id dari tasnya. Kemudian mereka bertiga digiring menuju sebuah mobil mewah dengan pintu geser. Membuat ketiga remaja itu terbengong-bengong. 

"Memang tempat acaranya bukan di sini, Pak?" tanya Jimmi ketika si sekuriti menutup pintu mobil. 

"Tentu di sini. Di gedung pertunjukan," jawab si sekuriti yang kemudian berbicara dengan seseorang melalui HT. 

"Ini terlalu nyaman," bisik Amy pada kakaknya yang duduk di sebelah. "Saking nyamannya hingga membuatku ga nyaman."

M hanya menanggapi adiknya dengan senyuman miring. Ini memang terlihat berlebihan. 

Lima menit kemudian, mereka tiba di sebuah gedung yang cukup besar dengan halaman luas dengan sebuah panggung di tengahnya. 

"Woah, ini benar-benar amazing!“ seru Jimmi. 

Sekarang mereka mengerti kenapa si sekuriti mengantar mereka dengan mobil. Jarak lapangan dan gedung ini dari gerbang lebih dari satu kilometer. Yang kurang masuk akal hanyalah mobilnya yang terlalu bagus. 

Lihat selengkapnya