"Aku mau mandi dulu!“ M berlari mengambil handuk setelah meletakkan ember di dapur.
"Bantu bersihkan ikan, ya?" tanya Jerome pada Jimmi. Cowok itu mengangguk mantap.
"Di kamar mandi ada siapa?" tanya Amy pada Jerome dan Jimmi yang tengah asik membersihkan ikan-ikan.
"Ada M," jawab Jimmi.
"Kau mau mandi juga?" Jerome bertanya tanpa berhenti menyayat ikan yang dipegangnya.
Amy mengangguk. "Iya. Tapi nanti saja. Aku mau menghubungi seorang teman lama dulu," ujar gadis itu. Ia berlalu menuju kamarnya.
"Paman," ucap Jimmi berbisik. Ia melihat sekeliling memastikan Amy telah pergi dan M belum selesai mandi. "Tadi aku melihat bibi Anne lagi."
"Apa katanya?" Jerome terus membersihkan ikan-ikan dengan cekatan. Terlihat benar ia sering melakukan hal ini.
"Bibi bilang kita harus percaya kalau Amy bisa menghadapi dunianya sendiri." Jimmi membilas tangannya kemudian membuang kotoran ikan ke dalam kantong plastik dan membungkusnya.
Jerome tersenyum. Ia membersihkan pisau dan meletakkannya kembali di tempatnya semula. "Bibi Anne-mu benar. Amy harus bisa mandiri. Kau tidak usah khawatir." Jerome menepuk pundak Jimmi.
"Memang Paman tidak khawatir?“ Jimmi menatap Jerome dengan tatapan tak percaya.
"Tentu saja khawatir. Aku, kan, ayahnya," ucap Jerome dengan kekehan kecil. "Tapi terkadang orang tua harus tega pada anaknya. Aku percaya kalau Amy gadis kuat."
"Siapa yang mau mandi? Aku sudah selesai." M keluar dari kamar mandi. Jimmi dan Jerome pun berhenti mengobrol.
"Sana, panggil adikmu, Marsh. Dia yang mau mandi."
"Oke." M mengangguk dan langsung menuju kamar Amy.
"Pokoknya, kau tidak usah khawatirkan adikmu itu." Jerome mengedipkan mata pada Jimmi.
Kata-kata Jerome terasa menusuk Jimmi. Ia memang sudah menganggap Amy sebagai adiknya sejak dulu. Tapi mendengar pria berjanggut itu mengatakannya membuat denyut menyakitkan hinggap di dada Jimmi.
"Am! Aku sudah selesai!" Terdengar M berteriak dari depan. Tak lama cowok itu berlari ke dapur. Terengah-engah ia mendekati Jimmi. "Jimm, Amy sedang telponan dengan seorang cowok!"
Jimmi mengerutkan kening. "Siapa?"
"Kau pasti cemburu kalau mengetahuinya," goda M.
"Memang siapa?“
"Jason Brant, teman Amy sewaktu SD."
Kemudian keduanya tertawa terbahak-bahak, membuat Jerome menggelengkan kepala. Jason pernah mengatakan perasaannya pada Amy di hadapan M dan Jimmi pada tahun kelima SD.
"Jason yang—" Jimmi menggembungkan pipi, merentangkan tangan dan berjalan seperti seorang sumo.
"Ya." M dan Jimmi kembali tertawa.
"Kenapa kalian? Senang sekali sepertinya." Amy muncul dengan handuk melilit lehernya.
"Kau barusan berbicara dengan si Jason itu, kan?" M menggembungkan pipinya.
"Ya. Kau menguping? Katanya dia mau pindah ke sekolah kita."
M melebarkan mata. "Serius? Jimm, kau bakal punya saingan, hahaha."
"Apa, sih?" Amy mengibaskan handuknya dan langsung masuk kamar mandi tanpa berkata-kata lagi.
"Bukankah dia bocah gendut yang menyukai Amy?" tanya Jerome. Ia menyerahkan toples yang berisi rempah pada Jimmi agar ditaburkan pada ikan yang telah dibersihkan.